Wajibkah menulis?
Wajibkah menulis?
aris kurniawan
aris kurniawan
Imam alghazali pernah berkata “Jika kamu bukan seorang yang kaya raya (konglomerat), atau seorang ulama besar, maka jadilah seorang penulis”.
Perintah untuk membaca dan menulis dalam agama islam telah dijelaskan sejak wahyu yang pertama kali turun, yaitu surat Al Alaq yang berisi perintah untuk membaca dan surat Al Qalam yang berisi perintah untuk menulis. Hal ini menunjukkkan bahwa agama islam adalah agama yang ilmiah dan sangat mendukung perkembangan sains. Tidak seperti agama Kristen yang isi kitabnya banyak yang bertentangan dengan sains, karena kitab itu sudah mengalami penyusunan ulang.
Apresiasi islam terhadap sains menjadikannya berada dalam puncak peradaban di masa lalu. Tetapi sekarang seakan semangat itu mulai redup. Umat islam menjadi tidak berani menuangkan ide ide kreatifnya dalam bentuk tulisan. Padahal kebanyakan ulama besar seperti Al Ghazali, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, dan ulama yang lain mereka hanya menulis pendapat atau pendangan mereka terhadap suatu hal, dengan didukung oleh ilmu pengetahuan yang mereka miliki.
Sebenarnya tidak perlu menjadi seorang yang tahu banyak hal untuk dapat menulis, karena menurut Jalaludin Rahmat, untuk menulis seseorang hanya membutuhkan tiga hal yaitu ilmu pengetahuan, inspirasi, dan kemauan.
Setiap orang pasti memiliki ilmu pengetahuan, apalagi untuk ukuran mahasiswa. Ilmu pengetahuan itu tidak harus sesuatu yang ilmiah ataupun yang sudah pasti kebenarannya diterima oleh khalayak, tetapi pendapat, tanggapan, kritikan, dan hal yang lain juga merupakan ilmu pengetahuan, dalam makna umum, karena ilmu pengetahuan juga berawal dari sebuah hipotesis, bahkan filsafat, yang menjadi dasar dari segala ilmu pengetahuan, berawal dari sebuah keragu raguan terhadap sesuatu.
Saya rasa tidak ada orang yang tidak mempunyai pengetahuan, karena setiap individu yang berinteraksi dengan individu lainnya pasti terdapat adanya tujuan, entah itu untuk mendapatkan informasi ataupun memberikan informasi. Dan hal itu tentu berkat adanya pengetahuan. Jadi menulis itu sama halnya dengan orang yang berbicara atau berinteraksi, hanya saja dengan media yang berbeda. Kalau interaksi melibatkan seluruh tubuh sedangkan, menulis lebih spesifik lagi, hanya melibatkan tangan dan pikiran.
Untuk menulis diperlukan inspirasi, dan memang inspirasi itu kadang muncul disaat saat tertentu, dan kadang karena sebab tertentu. Tetapi sebenarnya inspirasi itu menurut saya lebih cenderung kepada ide, yaitu satu hal yang khusus dari semua ilmu pengetahuan yang kita miliki. Jadi hanya menrupakan bagian kecil dari semua ilmu pengetahuan itu. Karena tentu kita tidak mungkin menulis semua yang kita ketahui, seseorang hanya perlu focus terhadap beberapa ide dan kemudian tulisan itu menjadi terfokus dan mudah dilakukan.
Dan yang terpenting, untuk menulis perlu adanya kemauan. Orang sepintar apapun tidak akan pernah menghasilkan satu kalimat pun jika tidak punya kemauan untuk menulis. Kemauan ini tidak harus muncul dari diri sendiri, tetapi bisa juga dari orang lain ataupun aturan yang memaksanya untuk menulis.
Tidak perlu keahlian khusus untuk menulis karena sebenarnya setiap orang mempunyai kecerdasan linguistik, hanya saja dengan kadar yang berbeda beda, sesuai dengan latihan yang dilakukan. Ironis memang ketika melihat minimnya apresiasi mahasiswa dalam hal tulis menulis. Padahal paradigma menulis di jaman modern ini bukan lagi seseorang yang memegang pena kemudian menggoreskannya menjadi simbol simbol yang mempunyai makna, tetapi sekarang sudah ada program komputer yang bisa menulis kata kata yang kita keluarkan tanpa tangan kita harus melakukan apapun.
Satu hal yang susah diingat, kapan terakhir kali ku menulis, padahal perintah untuk menulis turun setelah perintah untuk membaca. Tulis dan berbagilah meskipun hanya satu kalimat. Ballighu anni walau aayah.
arisk
Perintah untuk membaca dan menulis dalam agama islam telah dijelaskan sejak wahyu yang pertama kali turun, yaitu surat Al Alaq yang berisi perintah untuk membaca dan surat Al Qalam yang berisi perintah untuk menulis. Hal ini menunjukkkan bahwa agama islam adalah agama yang ilmiah dan sangat mendukung perkembangan sains. Tidak seperti agama Kristen yang isi kitabnya banyak yang bertentangan dengan sains, karena kitab itu sudah mengalami penyusunan ulang.
Apresiasi islam terhadap sains menjadikannya berada dalam puncak peradaban di masa lalu. Tetapi sekarang seakan semangat itu mulai redup. Umat islam menjadi tidak berani menuangkan ide ide kreatifnya dalam bentuk tulisan. Padahal kebanyakan ulama besar seperti Al Ghazali, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, dan ulama yang lain mereka hanya menulis pendapat atau pendangan mereka terhadap suatu hal, dengan didukung oleh ilmu pengetahuan yang mereka miliki.
Sebenarnya tidak perlu menjadi seorang yang tahu banyak hal untuk dapat menulis, karena menurut Jalaludin Rahmat, untuk menulis seseorang hanya membutuhkan tiga hal yaitu ilmu pengetahuan, inspirasi, dan kemauan.
Setiap orang pasti memiliki ilmu pengetahuan, apalagi untuk ukuran mahasiswa. Ilmu pengetahuan itu tidak harus sesuatu yang ilmiah ataupun yang sudah pasti kebenarannya diterima oleh khalayak, tetapi pendapat, tanggapan, kritikan, dan hal yang lain juga merupakan ilmu pengetahuan, dalam makna umum, karena ilmu pengetahuan juga berawal dari sebuah hipotesis, bahkan filsafat, yang menjadi dasar dari segala ilmu pengetahuan, berawal dari sebuah keragu raguan terhadap sesuatu.
Saya rasa tidak ada orang yang tidak mempunyai pengetahuan, karena setiap individu yang berinteraksi dengan individu lainnya pasti terdapat adanya tujuan, entah itu untuk mendapatkan informasi ataupun memberikan informasi. Dan hal itu tentu berkat adanya pengetahuan. Jadi menulis itu sama halnya dengan orang yang berbicara atau berinteraksi, hanya saja dengan media yang berbeda. Kalau interaksi melibatkan seluruh tubuh sedangkan, menulis lebih spesifik lagi, hanya melibatkan tangan dan pikiran.
Untuk menulis diperlukan inspirasi, dan memang inspirasi itu kadang muncul disaat saat tertentu, dan kadang karena sebab tertentu. Tetapi sebenarnya inspirasi itu menurut saya lebih cenderung kepada ide, yaitu satu hal yang khusus dari semua ilmu pengetahuan yang kita miliki. Jadi hanya menrupakan bagian kecil dari semua ilmu pengetahuan itu. Karena tentu kita tidak mungkin menulis semua yang kita ketahui, seseorang hanya perlu focus terhadap beberapa ide dan kemudian tulisan itu menjadi terfokus dan mudah dilakukan.
Dan yang terpenting, untuk menulis perlu adanya kemauan. Orang sepintar apapun tidak akan pernah menghasilkan satu kalimat pun jika tidak punya kemauan untuk menulis. Kemauan ini tidak harus muncul dari diri sendiri, tetapi bisa juga dari orang lain ataupun aturan yang memaksanya untuk menulis.
Tidak perlu keahlian khusus untuk menulis karena sebenarnya setiap orang mempunyai kecerdasan linguistik, hanya saja dengan kadar yang berbeda beda, sesuai dengan latihan yang dilakukan. Ironis memang ketika melihat minimnya apresiasi mahasiswa dalam hal tulis menulis. Padahal paradigma menulis di jaman modern ini bukan lagi seseorang yang memegang pena kemudian menggoreskannya menjadi simbol simbol yang mempunyai makna, tetapi sekarang sudah ada program komputer yang bisa menulis kata kata yang kita keluarkan tanpa tangan kita harus melakukan apapun.
Satu hal yang susah diingat, kapan terakhir kali ku menulis, padahal perintah untuk menulis turun setelah perintah untuk membaca. Tulis dan berbagilah meskipun hanya satu kalimat. Ballighu anni walau aayah.
arisk
0 comments:
Post a Comment
silakan komen bozz asal sopan ,,, :-)