Mengapa seseorang bisa marah
Terkadang ketika seseorang berada pada situasi tertentu yang membuat dirinya merasa tidak nyaman maka ia akan menjadi marah, entah itu kepada dirinya sendiri ataupun kepada orang lain. Ada banyak sebab yang bisa menjadikan seseorang marah, dan kadang penyebab itu hanyalah hal yang sepele. Mungkin sering muncul pertanyaan dalam benak kita, kenapa seseorang bisa marah, dan apa efek marah bagi manusia sehingga agama islam menyuruh umatnya untuk mengendalikan amarah.
Menurut David J. Lieberman penyulut semua konflik, entah itu konflik personal ataupun interpersonal, berasal dari hilangnya kemandirian. Seseorang menginginkan dirinya mempunyai kekuasaan terhadap apa yang akan dilakukannya dan ketika ada orang lain yang menghalanginya untuk mendapatkan kebebasan memilih apa yang akan dilakukannya maka akan muncul konflik. Ketika seseorang membuat suatu keputusan maka ia akan melandasi pikirannya dengan salah satu atau kombinasi dari tiga hal yaitu, apa yang membuat diri kita merasa nyaman, apa yang membuat kita terlihat baik, dan apa yang memang baik atau benar.
Entah disadari atau tidak kita sering melakukan hal yang hanya kita anggap hal itu nyaman bagi diri kita, seperti ketika kita makan sesuatu yang disukai tetapi kekenyangan maka kita akan merasa tidak nyaman dengan diri kita sendiri, atau mungkin ketika sedang mempunyai banyak tugas tetapi ketiduran, maka kita akan merasa menyesal ataupun marah dengan diri kita sendiri. Hal ini karena ketika kita melakukan hal yang hanya membuat diri kita merasa nyaman maka sebenarnya kita tidak mandiri karena dikendalikan oleh ego atau nafsu. Ketika kita melakukan sesuatu yang terlihat baik maka seringkali akan timbul konflik, misalnya ketika kita berbuat sesuatu karena motifasi yang tidak baik atau hanya ingin mengesankan orang lain padahal mungkin hal itu sebenarnya tidak kita sukai maka ketika itu pula kita tidak memilih sesuatu dengan bebas yakni masih dikendalikan oleh nafsu kita.
Beberapa hal diatas hanya sekedar contoh ketika diri kita tidak mempunyai kemandirian yang diakibatkan oleh ego atau nafsu kita sendiri, bisa kita bayangkan ketika yangmembuat kita tidak mandiri itu adalah orang lain maka tentu saja kita akn merasa lebih kesal. Untuk membuat diri kita merasa baik, kita harus berbuat baik, begitu kata lieberman. Ketika kita membuat pilihan yang benar dan tidak didasari dari apa yang membuat kita nyaman atau hanya sekedar terlihat baik maka kita telah mempunyai kemandirian dan penguasaan terhadap diri kita, atau dengankata lain kita telah menghargai diri kita sendiri.
Sebenarnya sifat seseorang itu mempunyai kecenderungan untuk menghargai dirinya lebih daripada orang lain, ketika seseorang bisa berbuat benar, maka ia akan memenuhi keinginan batinnya, yang kemudian akan menimbulkan rasa hormat kepada dirinya, yang akhirnya akan menimbulkan rasa penghargaan terhadap dirinya sendiri. Ketika seseorang bisa menghargai dirinya sendiri maka ia akan bisa menghargai orang lain dan ketika itu pula ia akan mampu mengendalikan amarah. Sebagaimana pernyataan Lieberman “semakin tinggi penghargaan diri seseorang, semakin jarang dia marah dalamsetiap situasi yang dihadapinya”.
Menurut David J. Lieberman penyulut semua konflik, entah itu konflik personal ataupun interpersonal, berasal dari hilangnya kemandirian. Seseorang menginginkan dirinya mempunyai kekuasaan terhadap apa yang akan dilakukannya dan ketika ada orang lain yang menghalanginya untuk mendapatkan kebebasan memilih apa yang akan dilakukannya maka akan muncul konflik. Ketika seseorang membuat suatu keputusan maka ia akan melandasi pikirannya dengan salah satu atau kombinasi dari tiga hal yaitu, apa yang membuat diri kita merasa nyaman, apa yang membuat kita terlihat baik, dan apa yang memang baik atau benar.
Entah disadari atau tidak kita sering melakukan hal yang hanya kita anggap hal itu nyaman bagi diri kita, seperti ketika kita makan sesuatu yang disukai tetapi kekenyangan maka kita akan merasa tidak nyaman dengan diri kita sendiri, atau mungkin ketika sedang mempunyai banyak tugas tetapi ketiduran, maka kita akan merasa menyesal ataupun marah dengan diri kita sendiri. Hal ini karena ketika kita melakukan hal yang hanya membuat diri kita merasa nyaman maka sebenarnya kita tidak mandiri karena dikendalikan oleh ego atau nafsu. Ketika kita melakukan sesuatu yang terlihat baik maka seringkali akan timbul konflik, misalnya ketika kita berbuat sesuatu karena motifasi yang tidak baik atau hanya ingin mengesankan orang lain padahal mungkin hal itu sebenarnya tidak kita sukai maka ketika itu pula kita tidak memilih sesuatu dengan bebas yakni masih dikendalikan oleh nafsu kita.
Beberapa hal diatas hanya sekedar contoh ketika diri kita tidak mempunyai kemandirian yang diakibatkan oleh ego atau nafsu kita sendiri, bisa kita bayangkan ketika yangmembuat kita tidak mandiri itu adalah orang lain maka tentu saja kita akn merasa lebih kesal. Untuk membuat diri kita merasa baik, kita harus berbuat baik, begitu kata lieberman. Ketika kita membuat pilihan yang benar dan tidak didasari dari apa yang membuat kita nyaman atau hanya sekedar terlihat baik maka kita telah mempunyai kemandirian dan penguasaan terhadap diri kita, atau dengankata lain kita telah menghargai diri kita sendiri.
Sebenarnya sifat seseorang itu mempunyai kecenderungan untuk menghargai dirinya lebih daripada orang lain, ketika seseorang bisa berbuat benar, maka ia akan memenuhi keinginan batinnya, yang kemudian akan menimbulkan rasa hormat kepada dirinya, yang akhirnya akan menimbulkan rasa penghargaan terhadap dirinya sendiri. Ketika seseorang bisa menghargai dirinya sendiri maka ia akan bisa menghargai orang lain dan ketika itu pula ia akan mampu mengendalikan amarah. Sebagaimana pernyataan Lieberman “semakin tinggi penghargaan diri seseorang, semakin jarang dia marah dalamsetiap situasi yang dihadapinya”.
0 comments:
Post a Comment
silakan komen bozz asal sopan ,,, :-)