connect:

Wednesday, July 21, 2010

Eksistensi dakwah islam di perguruan tinggi islam


Eksistensi dakwah islam di perguruan tinggi islam
Oleh: Aris Kurniawan

Dalam ilmu ekonomi dikenal teori tentang kepuasan yang menyatakan bahwa kepuasan total terhadap komoditi tertentu akan menunjukkan grafik yang naik terus menerus secara konsisten, tetapi grafik kepuasan marginal yaitu kepuasan yang terdapat pada diri manusia, akan menunjukkan grafik yang naik hingga titik tertentu kemudian akan turun secara signifikan dari titik tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa seseorang akan mengalami kejenuhan terhadap sesuatu yang dikonsumsinya, entah itu berupa barang jasa atau apapun. Sebagai contoh adalah ketika seseorang makan nasi yang paling disukainya, ketika ia menghabiskan satu piring ia masih merasa enak jika makan satu piring lagi, tetapi ketika piring yang kedua atau yang ketiga dengan isi makanan yang sangat disukainya itu maka ia akan menolak memakannya. Seperti itulah kepuasan marginal.
Beberapa waktu lalu Hasyim Muzadi pernah menyatakan di harian jawa pos, yang intinya adalah bahwa dakwah islam lebih berkembang di lingkungan perguruan tinggi negeri terutama dikalangan mahasiswa jurusan eksak, dan dikalangan perguruan tinggi islam sendiri yang seluruhnya adalah mahasiswa islam dan belajar tentang agama islam justru dakwah islam semakin redup, bahkan seakan tidak kelihatan. Kita bisa melihat hal ini dari seringnya lembaga dakwah kampus dari perguruan tinggi negri lebih giat melakukan dakwah islam dengan mengadakan seminar dan kegiatan kegiatan lain, dan banyak organisasi organisasi islam yang muncul dari sana. Tatapi di lingkungan perguruan tinggi islam sendiri justru yang terjadi adalah penghinaan terhadap agama islam sendiri, bahkan orang orang liberal yang membuat ajaran ajaran baru dalam islam bermunculan dari mahasiswa perguruan tinggi islam.
Agak ironis memang jika melihat kondisi perguruan tinggi islam yang justru kurang tergerak untuk mendakwahkan islam, dan lebih senang untuk mendapatkan ijazah saja daripada menanamkan ajaran islam kepada masyarakat. Seharusnya orang yangmempelajari agama islam setiap hari mampu untuk mengajak masyarakat untuk menjadi taat terhadap agama islam, tetapi seakan materi agama yang diberikan hanya menjadi angin lalu yang tidak meninggalkan bekas apapun. Dan ketika melihat mahasiswa dari jurusan non agama islam malah dengan sungguh sungguh melakukan dakwah islam dan mempelajari syariat islam untuk diajarkan kepada masyarakat, sepertinya ada peran yang tertukar.
Apakah hal ini juga termasuk dalam teori kepuasan diatas, dimana mahasiswa islam sudah merasa jenuh dengan apa yang dipelajarinya, dan merasa enggan untuk berdakwah karena menganggap hal itu sudah biasa dilakukan. Dan mahasiswa jurusan non agamis yang kembali kepada islam karena ia merasa jenuh dengan kegiatan kegiatan yang tidak islami. Hal ini tentu menjadi sebuah ironi dan seharusnya menjadi pelajaran kepada mahasiswa perguruan tinggi islam, yang dianggap sebagai agent of change (especially in islamic religion) tetapi jusru enggan untuk mengenal lebih jauh tentang syariat islam. Mungkin jika mahasiswa islam ditanya satu persatu tentang apakah ia telah mengetahui dasar dasar dari ibadah yang dilakukannya sehari hari, mungkin sebagian besar akan menjawab bahwa ia hanya mengetahui prakteknya saja, bukan teorinya. Dan jika ditanya berapa orang yang kamu ajak sholat berjamaah tepat waktu tiap hari, mungkin sebagian besar akan menjawab bahwa dirinya saja masih sulit untuk sholat berjamaah tepat waktu tiap hari.
Yang menjadi masalah disini bukanlah seberapa pintar seseorang terhadap agamanya, tetapi seberapa jauh ia mempraktekkan agamanya dan mengajak orang lain untuk menjalankan syariat islam sejauh yang diketahuinya. Memang lebih susah untuk mengajak orang lain, karena menggerakkan diri sendiri saja masih sulit. Tetapi sebenarya yang terpenting bukan hasil yang didapat tetapi seberapa jauh usaha yang dilakukan untuk mendapatkan hasil itu. Semakin sulit prosesnya maka hasilnya akan semakin berharga.
Kembali kemasalah awal tentang eksistensi dakwah islam di perguruan tinggi. Sebenarnya yang bisa memperbaiki imej yang negatif itu adalah kita sendiri sebagai mahasiswa perguruan tinggi islam. Karena setiap hari kita bersentuhan dengan syariat islam. Dan apa yang dilakukan oleh mahasiswa perguruan tinggi negeri harusnya menjadi pelajaran yang berharga bagi kita. Dan kita harus membuktikan bahwa teori ekonomi diatas hanya berlaku pada komoditas ekonomi saja dan tidak akan berlaku dalam pengamalan dan dakwah islam. Karena mahasiswa islam sendiri yang akan membuat teori itu berlaku atau tidak.

0 comments:

Post a Comment

silakan komen bozz asal sopan ,,, :-)