connect:

Latest Post

Wednesday, January 19, 2011

PROPOSAL PENELITIAN KEHIDUPAN KEBERAGAMAAN PARA USTADZ DAN MUALLIM PROGRAM INTENSIF PUTRA INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN (IDIA) PRENDUAN SUMENEP


PROPOSAL PENELITIAN
KEHIDUPAN KEBERAGAMAAN
PARA USTADZ DAN MUALLIM PROGRAM INTENSIF PUTRA
INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN (IDIA) PRENDUAN
SUMENEP MADURA
TAHUN 2010 M






Oleh : Aris Kurniawan
NIM : 200883012251
Semester : V
Fak/Jur : Dakwah/BPI

INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN (IDIA) PRENDUAN
SUMENEP MADURA
2010

PENGESAHAN

Proposal ini telah dipertahankan dihadapan dewan penguji Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan Sumenep Madura dan diterima untuk memenuhi salah satu syarat guna melaksanakan penelitian ilmiah sebagai syarat memperoleh gelar sarjana (S1) S.Sos.I pada Fakultas Dakwah Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Dewan Penguji:
1. Penguji I
2. Penguji II












PROPOSAL PENELITIAN
Nama : Aris Kurniawan
NIM : 200883012251
Fakultas : Dakwah
Jurusan : Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI)
Prog. Studi : Strata I (SI)
Angkatan : 2008
Judul :
KEHIDUPAN KEBERAGAMAAN
PARA USTADZ DAN MUALLIM PROGRAM INTENSIF PUTRA
INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN (IDIA) PRENDUAN
SUMENEP MADURA
TAHUN 2010-2011 M
A. Latar Belakang
Salah satu yang membedakan manusia dengan hewan adalah agama. Agama merupakan kebutuhan manusia, karena agama itu adalah fitrah. Fitrah berarti asal kejadian yang dibawa berasal dari akar kata f-t-r dalam bahasa Arab yang berarti membuka atau menguak. Fitrah sendiri mempunyai makna asal kejadian, keadaan yang suci dan kembali ke asal (wikipedia.org).
Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, "Tidak ada anak yang dilahirkan, kecuali dilahirkan atas kesucian. Maka, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Sebagaimana binatang itu dilahirkan dengan lengkap, apakah kamu melihat binatang lahir dengan terputus (hidung, telinga, dan sebagainya)?" Kemudian Abu Hurairah membaca ayat, 'fithratallaahil-latii fatharannaasa 'alaihaa laa tabdiila likhalqillaahi dzaalikad-diinul qayyimu' 'Fitrah Allah yang Dia menciptakan manusia menurut fitah itu, tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus'." (Al-Albani, 2005:679)
Dari hadis diatas dapat kita lihat bahwa menurut agama islam, setiap manusia mempunyai kecenderungan untuk beragama islam, yaitu mengakui bahwa Allah adalah tuhan yang menciptakan mereka. Menurut Jalaludin Rahmat (Jalaludin, 2002:95) tingkah laku keagamaan seseorang timbul dari adanya dorongan dari dalam diri seseorang tersebut sebagai factor intern. Kelmudian pada perkembangaan selanjutnya, tingkah alku keagamaan dipengaruhi pula oleh pengalaman keagamaan, stuktur kepribadian serta unsure unsure kejiwaan lainnya. Artinya dorongan keagamaan itu beperan sejalan dengan kebutuhan umat manusia.
Menurut Robert Nuttin dorongan beragama merupakan salah satu doongan yang bekerja dalam diri manusia sebagaimana dorongan dorongan lainnya sepeti makan, minum, intelek, dan lain sebagainya. Sjelan dengan hal ini maka dorongan beragamapun menuntut unuk dipenuhi, sehingga pribadi manusia itu mendapat kepuasan dan ketenangan. Selain dorongan beragama merupakan kebuuhan insaniahyang umbuh dari gabungan berbagai factor penyebab yan gbersumber dai rasa keagamaan.
Ketika kita membicarakan tentang agama apalagi di wilayah Indonesia tentunya tidak lepas dari lembaga- lembaga keagamaan, yang sudah lama menyatu dengan masyarakat, seperti pesantren. Pesantren sebagai pusat perkembangan agama sudah menjadi pemahaman umum, dimana kyai merupakan figure yang menjadi panutan masyarakat dalam hal agama. Begitu juga dengan orang orang yang belajar dengan kyai di pesantren atau yang biasa disebut denga santri biasanya diidentikkan dengan kehidupan keberagamaan yang kental, keseharian yang mencerminkan nilai luhur ajaran agama islam. Karena mereka senantiasa mempelajari ajaran agama islam.
Tetapi belakangan ini muncul kasus mengenai politisasi agama. Dimana politisasi agama membuat ajaran agama akan terpangkas dari nilainya yang universal. Ajaran agama ditundukkan ke dalam kepentingan yang berdimensi temporal, lokal, atau sektarian. Agama menjadi alat kepentingan sekelompok manusia tertentu, entah itu segelintir elite penguasa, kelompok oposisi, atau kaum agamawan sendiri. (islamlib.com)
Hal ini membuat ajaran agama hanya menjadi topeng untuk menutupi kejelekan dari diri seseorang. Dan juga hanya menjadi status yang hanya tertulis atau terkenal di masyarakat tanpa ada realisasi dari ajaran agama islam itu sendiri dalam kehidupan sehari hari. Bukan hanya itu saja, malah ada tren dimasyarakat bahwa lingkungan pesantren jauh dari kebersihan dan kemodernan, dan bahkan tren yang muncul dari pendapat para praktisi di dunia pesantren, bahwa semakin lama seorang santri tinggal di pesantren maka semakin jarang ia melakukan sholat berjamaah dimasjid. Padahal sejak awal dilingkungan pondok sudah diterapkan kewajiban untuk sholat berjamaah.
Mengenai pentingnya sholat berjamaah, Ibnu Al-Qayyim Al-Jauzi pernah membuat 35 pertanyaan mengenai kehidupan sehari-hari yang islami. Dan dari semua pertanyaan itu yang ditanyakan pertama kali adalah “Apakah anda selalu shalat Fajar berjama’ah di masjid setiap hari .? dan pertanyaan yang kedua adalah “Apakah anda selalu menjaga Shalat yang lima waktu di masjid .?” ( Fariq Gasim Anuz, 2009:51).
Kedua pertanyaan tersebut tentu bukan tanpa alasan karena memang ibadah sholat adalah ibadah yang paling utama dalam agama islam sebagaimana hadis nabi yang diriwayatkan dari Muadz bin Jabal r.a., sesungguhnya Nabi Muhammad saw bersabda, “Pokok perkara Islam dan pondasinya adalah shalat dan tulang punggungnya adalah jihad. “
Dan dalam hadis lain yang diriwayatkan dari Makhal bahwa Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang meninggalkan shalat dengan sengaja, maka ia telah lepas dari jaminan Allah dan Rasul-Nya.”
Diriwayatkan dari Buraidah bahwa Rasulullah saw bersabda: “Yang membedakan antara kita dan mereka (orang-orang kafir) adalah shalat. Barangsiapa yang meninggalkan shalat, maka ia telah kafir”.
Dari beberapa hadis tersebut tentunya sudah cukup untuk meyakinkan diri kita bahwa keutamaan dari sholat dalam ajaran islam adalah satu hal yang sangat fundamental.
Saya sendiri sebagai bagian dari lingkungan pesantren melihat sebuah fenomena yang janggal dimana ajaran agama seakan menjadi barang yang tidak begitu menarik lagi untuk dikerjakan dengan penuh kesadaran yang timbul dari dalam diri. Bahkan ajaran agama kelihatannya hanya sekedar formalitas terhadap aturan yang dibuat oleh manusia. Entah apakah dalam hal ini ada factor kejenuhan ataukah faktor lain yang menjadi penyebab hal ini.
Dari fenomena ini sebenarnya saya ingin untuk memaparkan kepada khalayak mengenai kehidupan keberagamaan di pesantren yang sesuai realita masa kini, bukan sekedar pendapat umum mengenai hal itu. Tetapi saya menyadari bahwa untuk memaparkan semua hal itu membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Oleh karena itu saya membatasi variable dalam penelitian ini dengan memfokuskan penelitian pada ubudiyah para mualim dan ustadz IDIA dari segi kekonsistensian sholat berjamaah di masjid. Apakah kewajiban sholat berjamaah yang sudah diterapkan kepada mereka ketika mereka masih menjadi santri masih membekas dalam hati mereka dan diwujudkan dalam kesehariannya atau tidak. Maka dari itu saya menyusun beberapa focus penelitian sebagai berikut.
B. FOKUS PENELITIAN
1. Bagaimana kehidupan keberagamaan para ustadz dan mualim dalam kesehariannya
2. Bagaimana efektifitas aturan tentang kewajiban pelaksanaan sholat berjamaah semasa sebelum menjabat.
3. Bagaimana pengamalan nilai nilai ajaran islam dalam kehidupan sehari hari
4. Apakah para ustadz dan mualim rutin menjalankan sholat berjamaah di masjid ketika tidak ada yang mengawasi dari pihak atasan atau tidak ada aturan yang tertulis.
C. TUJUAN PENELITIAN
Dari beberapa rumusan masalah diatas maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui sejauh mana efektifitas aturan aturan pondok terhadap kehidupan santrinya
2. Mengetahui sejauh mana kesadaran dari para penegak aturan pondok untuk melaksanakan aturan yang mereka tegakkan
3. Mengetahui apakah atasan bisa memberi contoh yang baik bagi bawahan atau tidak
4. Membuktikan apakah pendapat mengenai, semakin lama tinggal di pesantren semakin berkurang jiwa keberagamaannya, benar atau tidak.
5. Sebagai bahan evaluasi untuk melakukan perbaikan aturan di lingkungan pesantren
6. Memberikan fakta kepada masyarakat mengenai kehidupan keberagamaan di pesantren
D. KEGUNAAN PENELITIAN
Dari segi akademis penelitian ini akan memberikan kontribusi bagi pengembangan dan strategi dakwah islam agar lebih memperhatikan aspek psikologis manusia sehingga di masa depan dapat menciptakan kehidupan islam yang benar benar islami. Yang ditandai dengan meningkatnya aspek ubudiyah karena aspek inilah yang dapat dilihat dengan jelas oleh orang lain sekaligus sebagai syiar islam.
Dari segi praktis penelitian ini akan memberikan data yang valid bagi para pengambil kebijakan di lingkungan pesantren sehingga dapat mengetahui efek dari aturan yang telah diterapkan bertahun-tahun itu. Selain itu penelitian ini diharapkan bisa memberikan kesadaran untuk melakukan interospeksi diri mengenai sejauh mana pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari hari. Terutama masalah ubudiyah yang secara tidak langsung merupakan ajang untuk melakukan silaturahmi dengan sesama muslim
E. ALASAN MEMILIH JUDUL
Ada beberapa alasan yang mendasari penelitian ini, diantaranya adalah:
1. Adanya pernyataan dari Bp. Hamzah Arsa, dosen psikologi islam, yaitu bahwa ketika seorang santri masuk pondok di kelas 1 maka ia akan berada di shof pertama di setiap sholat berjamaah, kemudian ketika kelas 2 maka ia akan mundur satu shof, kemudian di kelas 3 berada di shof belakang kelas 2, begitu seterusnya hingga ketika kelas 6 malah semakin jarang terlihat dimasjid dan bahkan ketika sudah menjadi ustad malah tidak lagi terlihat diantara shof jamaah sholat 5 waktu.
2. Ada fenomena aneh yang terjadi di lingkungan pesantren tinggi IDIA Prenduan sendiri, dimana kebanyakan aturan mengenai disiplin agama hanya menjadi formalitas sekilas ketika menjadi santri saja, dan ketika sudah berada di tingkat atas baik itu mualim ataupun ustadz malah menjadikan kemungkinan melanggar aturan semakin tinggi, terutama dalam hal sholat berjamaah
3. Penelitian ini menurut penulis adalah tidak umum karena meneliti tentang jiwa keberagamaan di sebuah lembaga yang menurut pemahaman umum sangat agamis.
4. Penulis ingin agar apa yang diharapkan oleh pengasuh pesantren terealisasi dalam kehidupan nyata para santrinya
F. BATASAN ISTILAH DALAM JUDUL
Definisi Konseptual dan Operasional
Definisi konseptual dan operasional bermaksud untuk menghindari kesalah pahaman atau perbedaan pengertian dalam memaknai istilah- istilah yang dipakai dalam penelitian ini. Dan juga bertujuan untuk menyamakan persepsi mengenai judul yang diangkat dalam penelitian ini. Oleh karena itu penulis memberikan batasan definisi dan pemaknaan dari tiap kata yang dipakai dalam judul penelitian ini, antara lain:
- Kehidupan adalah fenomena atau perwujudan adanya hidup, yaitu keadaan yang membedakan antara organisme (makhluk hidup) dan benda mati. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kehidupan)
- Keberagamaan (Religiositas) adalah suatu dorongan dalam jiwa yang membentuk rasa percaya kepada Suatu Dzat pencipta manusia, menumbuhkan rasa tunduk, serta dorongan taat atas aturan-aturan-Nya ( Clark, 1958, hal 22).
- Ustadz' adalah istilah yang digunakan oleh kaum modernis. Berasal dari bahasa Persia. Bukan bahasa Arab. Istilah ini merupakan deklarasi dari ideologi fundamentalis baru selama pertengahan abad ke-19. Tidak ada referensi untuk istilah 'ustadz' dalam teks-teks klasik. Istilah 'ustadz' pada awalnya digunakan oleh Muhammad Abduh . Para pengikut Muhammad Abduh menggunakan 'ustadz' untuk mengkonotasikan diri mereka sendiri menjadi 'guru'. Tidak ada satupun buku yang ditulis 200 tahun yang lalu menyebut para ulama muslim sebagai'ustadz'. (http://wakalanusantara.com/detilurl/Kesalahpahaman.Istilah.Ustadz/418)
Ustadz dalam konteks ini adalah pelaksana dan pengawas program dalam sebuah pesantren yang menjalankan tugas dari kyai
- Mualim adalah pelaksana dan pengawas program dalam sebuah pesantren yang menjalankan tugas dari ustadz
- Program Intensif adalah sebuah program di Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien (IDIA) Prenduan yang diperuntukkan bagi mahasiswa dari sekolah umum ataupun lulusan pesantren yang ingin kuliah sekaligus nyantri. Program ini memadukan antara kurikulum pesantren tinggi (ma’had Aly) dengan kurikulum Perguruan Tinggi yang dikemas dalam sistem pendidikan integral yang berlangsung selama 24 jam.
Jadi yang dimaksud dengan kehidupan keberagamaan dalam penelitian ini adalah bentuk pelaksanaan ibadah dari para ustadz dan mualim dalam kehidupan sehari hari setelah tidak ada kontrol dari pihak atasan. Dengan berdasarkan pengalaman pendidikan agama selama menjadi santri yang berlangung secara integral selama 24 jam dan senantiasa diawasi dan dievaluasi oleh pihak atasan selaku pembimbingnya.
G. KAJIAN PUSTAKA
• Konsep Umum Tentang Agama
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.
Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti "tradisi".(Kamus Sansekerta-Inggris Monier-Williams: 1899)Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan. (http://id.wikipedia.org/wiki/Agama)
A. Agama Menurut Para Pakar
Mahmud syaltut menyatakan bahwa agama adalah ketetapan ilahi yang diwahyukan kepada para Nabi-Nya untuk menjadi pedoman hidup manusia. Dari sudut pandang ini agama merupakan petunjuk dari tuhan untuk manusia dalam menjalani kehidupannya.
Menurut guru besar Al-Azhar agama adalah hubungan antara dua pihak, dimana pihak yang pertama mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari pada yang kedua, atau agama adalah hubungan antara makhluk dengan khaliqnya. Hubungan ini diwujudkan dalam sikap batinnya serta tampak dalam ibadahnya yang dilakukan dan tercermin pula dalam sikap kesehariannya (M. Quraish Shihab, 2007: 324)
Jadi jelas bahwa agama merupakan suatu bentuk hubungan yang khusus antara hamba dengan tuhannya yang mempunyai kedudukan yang lebih tinggi darinya. Dan hubungan ini terwujud dalam bentuk pengamalan kegiatan tertentu yang kemudian disebut dengan ibadah.
B. Ibadah Dalam Agama Islam
Ibadah dalam agama islam bertujuan mewujudkan hubungan antara hamba dengan tuhannya serta mendidik mental. Ibadah islam juga bertujuan memperkokoh dan melatih diri hamba tersebut agar mampu menghadapi berbagai cobaan hidup, sehingga dapat menjalani kehidupan sebagaimana yang allah perintahkan. Ia juga mendorong manusia untuk beribadah kepada allah dalam semua aspek kehidupan.
Agama islam merupakan agama yang universal yang mengatur segala urusan manusia dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Karena agama islam mengajarkan kebaikan kepada pemeluknya dalam menjalani kehidupan, dan juga memberikan rambu rambu mengenai apa yang harus dilaksanakan dan apa yang harus diringgalkan. Sehingga sesuatu yang merupakan kebaikan dapat bernilai ibadah jika dilakukan sesuai dengan nilai nilai ajaran agama islam, selain dengan tata cara ibadah yang sudah ditentukan oleh allah.
C. Tujuan-Tujuan Ibadah Dalam Agama Islam
1. Mewujudkan hubungan antara hamba dan tuhannya serta mendidik mental
Hubungan hamba dengan tuhannya dapat diwujudkan melalui muraqabah (sikap merasa selalu dalam pengawasan allah) dan hudlu’ (tunduk). Dengan kedua sifat tersebut seorang hamba pasti akan selalu melaksanakan kewajibannya dan menyandarkan segala kebutuhannya kepada allah sebagai dzat yang maha agung yang mempunyai kuasa atas segalanya dan menjadi tempat kembali dalam segala urusan.
Dengan beragama akan menjadikan mental seseorang terasah dan terlatih karena ajaran agama menghendaki kebaikan bagi manusia dalam segala aspek kehidupan baik itu sosial, pribadi, ataupun ketuhanan. Sehingga manusia bisa menempatkan dirinnya sesuai dengan posisi yang ia jalankan.
2. Menjadikan manusia ingat akan kewajiban terhadap dirinya sendiri dan manusia lainnya serta memperkokoh rasa solidaritas kepada sesama.
Dengan agama manusia akan menyadari bahwa dalam kehidupan bermasyarakat harus ada sikap saling memberi nasihat dan memberi pertolongan, karena manusia tidak bisa hidup sendiri dan otomatis tidak bisa dikatakan baik pribadinya jika orang orang disekitarnya tidak mempunyai kelakukan yang baik, karena ia mempunyai tanggung jawab sosial.
Dan dengan ibadah sholat akan menjadikan pribadi seseorang dan orang disekitarnya menjadi semakin baik sebagaimana firman allah : “sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar.”
3. Mengaktifkan dan menguatkan fisik serta melatih untuk menanggung segala bencana dan kesulitan hidup dan terbiasa untuk mementingkan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.
Ibadah dalam agama islam selalu disertai dengan gerakan gerakan tertentu dan persyaratan khusus yang dapat menjadikan kehidupan manusia menjadi sehat secara fisik dan mental dan juga disiplin karena islam sangat menghargai waktu. Hal ini dapat dilihat salah satunya dari ibadah sholat yang waktu pelaksanaanya sudah ditentukan secara spesifik dan syarat syaratnya seperti bersuci menjadikan tubuh menjadi sehat, selain gerakan sholat yang juga mempunyai manfaat bagi kesehatan.
Terlebih lagi sholat jamaah akan menjadikan manusia sehat secara sosial karena selalu bersilaturahmi dengan manusia yang lain.
D. Realitas Sholat
Mendirikan sholat berjamaah tepat pada waktunya sangatlah dianjurkan dalam islam. Bahkan dalam hadits dari Abu Huroiroh radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, sungguh aku ingin menyuruh manusia mengumpulkan kayu, kemudian aku menyuruh muadzin menyerukan adzan, kemudian aku sendiri pergi untuk membakar rumah orang-orang yang tidak ikut shalat berjama'ah. Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, seandainya ia mengetahui bahwa dia akan mendapatkan daging yang empuk atau dua kuku kambing yang baik, sungguh ia mau untuk mendatangi shalat isya'." (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa'i).
Al-Utsmani rahimahullah berkata dalam kitab I'laus Sunan, "Hadits di atas menunjukkan bahwa shalat berjama'ah yang dianjurkan oleh syari'at untuk mendatanginya adalah shalat jama'ah pertama. Jika jama'ah kedua disyari'atkan, lantas mengapa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sangat ingin membakar rumah orang-orang yang tidak ikut serta dalam shalat berjama'ah pertama, padahal mereka jelas-jelas bisa mengerjakannya pada jama'ah kedua dalam masjid yang sama.
Oleh karena itu sebagian ulama menyatakan bahwa hukum sholat jamaah yang pertama adalah wajib. Sehingga menjadikan jama'ah kedua di masjid yang sama hukumnya makruh.Yang berpendapat seperti ini salah satunya Imam Ahmad. Alasan yang kedua adalah dikhawatirkan akan timbul perpecahan diantara kaum muslimin.
Imam Syafi’i berkata : “Bila ada beberapa orang masuk masjid, lantas mendapati imam telah selesai shalat (jama’ah) lakukanlah shalat sendiri-sendiri. Bila mereka melakukan shalat berjama’ah sendiri (lagi) boleh saja. Tapi, aku tidak menyukai semacam itu. Karena hal itu bukan merupakan karakteristik salaf“
Kemudian Imam Syafi’i melanjutkan : “Adapun masjid yang ada di pinggir jalan (yang disediakan untuk para musafir) yang tidak punya imam dan muadzdzin tetap, maka melakukan (shalat) jama’ah berulang kali di dalam masjid tersebut tidak apa-apa“.
Imam Syafi’i berkata pula : “Aku telah hafal (beberapa riwayat), sesungguhnya ada sekelompok shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketinggalan shalat berjama’ah. Lantas merekapun shalat sendiri-sendiri. Padahal mereka mampu mendirikan shalat jama’ah lagi. Tapi, hal itu tidak dilakukannya, karena mereka tidak suka di satu masjid diadakan (shalat) jama’ah dua kali.
Dalam kitab wasa’ilal syi’ah, jilid 3, halaman 90, Imam Jakfar Shadiq berkata: “ barang siapa menegakkan sholat wajib pada awal waktunya dan menjalankan ketentuan ketentuannya, maka para malaikat akan mengangkat shalatnya menuju langit dalam keadaan putih dan suci. Namun barang siapa yang melaksanakan setelah waktu yang ditentukan tanpa alasan, dan tidak menjalankan ketentuan ketentuannya, maka para malaikat akan mengangkat sholatnya menuju langit dalam keadaan hitam kelam.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari sahabat Ibnu Mas’ud ra : “aku bertanya kepada Rosulullah SAW, “apakah yang paling utama?”. Beliau menjawab : “Shalat pada waktunya”. Lalu aku bertanya lagi. Beliau menjawab : “Berbakti kepada ayah dan ibu”. Aku bertanya lagi : “lalu apa?”. Beliau menjawab : “berjuang dijalan allah”
Dalam hadis qudsi Allah mengingatkan kita mengenai kewajiban sholat berjamaah di masjid, “dan apabila ia (hamba-Ku) mengetahui bahwa sudah masuk waktu sholat dan ia tidak melaksanakannya, ia sesungguhnya tidak peduli terhadap-Ku”.
• Konsepsi Al-Quran Tentang Sholat
A. Pengertian Sholat dan Maknanya
Secara etimologi kata shalat berasal dari bahasa arab الصلاة yang berarti doa memohon kebaikan (Musthafa Al-Khin, 1987, hal 98). Bentuk jamak dari sholat adalah kata shalawat yaitu صلوات atau الصلوة dengan memakai huruf wau (و) yang diartikan dengan meningkatkan amal kebaikan kepada allah sebagai tanda tunduk dan syukur serta memohon perlindungan dari-Nya (Louis Ma’luf, 1986, hal 434).
Didalam alquran, lafal sholat mempunyai beberapa pengertian, diantaranya adalah: do’a, ampunan, rahmat, dan rumah sebagai tempat ibadah. Diantara ayat yang menerangkan tentang pengertian sholat itu do’a adalah :
و صل عليهم ان صلوتك سكن لهم (التوبة : 103)
Secara teminologi, banyak para ulama yang memberikan definisi, antara lain adalah Imam Taqiyyudin yang memberikan pengertian bahwa sholat adalah”sesuatu pernyataanyang terdiri dari beberapa ucapan dan perbuatan, yang diawali dengan bacaan takbirdan diakhiri dengan salam menurut beberapa syarat tertentu.”
Menurut Nasrudin Razak dalam bukunya Dinul Islam memberikan definisi shalat sebagai suatu sistem ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan bacaan takbir dan diakhiri dengan salam berdasar atas syarat syarat tertentu dan rukun tertentu pula.
Pada dasarnya pengertian sholat menurut kedua pakar diatas tidak berbeda jauh dan masih mempunyai pengertian makna dalam sudut pandang yang sama. Dan dalam sudut pandang yang lain Prof. Dr. Hasbi Ash Shiddiqey memberikan pengertian sholat yang lebih mendalam dengan sudut pandang yang berbeda yaitu berhadapan hati (jiwa) kepada allah; hadap yang mendatangkan rasa takut, menumbuhkan rasa kebesarannya dan kekuasaannya dengan penuh khusyu’, ikhlas didalam beberapa perbuatan dan perkataan yang dimulai dengan takbir dan disudahi oleh salam.
Dari beberapa pengertian diatas dapat kita pahami bahwa sholat merupakan doa kepada allah untuk memohon kebaikan yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan dan perkataan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan tata cara tertentu, dan dengan menghadapkan hati kepada allah dengan menyadari segala sifat keagungannya, sehingga dilakukan dengan khusyu dan ikhlas.
Memang tidak ada pengertian yang dapat mewakili makna sholat yang sebenarnya tetapi dalam sudut pandang tertentu mungkin beberapa pengertian diatas cukup memberikan pemahaman tentang sholat itu sendiri. Karena definisi menurut para pakarpun berbeda beda meskipun pada dasarnya maksud dan tujuannya sama, karena pengertian itu berasal dari teori dan praktek sholat itu sendiri.
H. KAJIAN TERDAHULU TENTANG KEBERAGAMAAN
Beberapa penelitian tentang keberagamaan telah dilakukan, diantaranya adalah yang dilakukan oleh Qibtiyah mahasiswi fakultas dakwah jurusan BPI Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien (IDIA) Prenduan. Fokus penelitiannya pada sikap keberagamaan tukang becak Prenduan Kec. Pragaan Kab Sumenep. Penelitian ini menggunakan kualitatif dengan metode survei, wawancara, analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap mengindikasikan adanya sikap keberagamaan yang kuat, walaupun masih dipengaruhioleh lingkungan hidup dimana ia tinggal dan berada.
Penelitian yang lain dilakukan oleh Yusriyah mahasiswi fakultas dakwah BPI IDIA Prenduan. Fokus penelitiannya pada kehidupan keberagamaan para ibu dapur MTA Putri Al-Amien Prenduan Kec. Pragaan Kab. Sumenep dengan jumlah responden 7 orang dan beberapa sumber dari data tertulis. Penelitiannya menggunakan kualitatif dengan metode observasi, wawancara, dokumentasi, dan dengan analisis induktif.
I. SUBYEK DAN OBYEK PENELITIAN
Subjek dalam penelitian ini adalah para Ustadz dan Muallim di Program Intensif Putra Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien (IDIA) Prenduan Sumenep Madura Tahun 2010-2011. Dengan jumlah keseluruhan Ustadz adalah 8 orang dan jumlah muallim adalah 17 orang. Sedangkan obyek penelitian ini adalah kehidupan keberagamaan mereka dalam keseharian dan segala aktifitas mereka.
J. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA
Untuk mendapatkan data akurat yang dibutuhkan dalam penelitian, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Metode Observasi
Metode observasi adalah salah satu instrumen penelitian yang berguna untuk mengumpulkan data dengan menggunakan kekuatan pengamatan (Dhofir, 1997:45). Dengan metode ini penulis berharap bisa mendapatkan gambaran yang jelas dan nyata terhadap aktifitas keberagamaan para ustadz dan mualim dalam kesehariannya dengan menjadi bagian dari kehidupan mereka
2. Metode interview
Interview adalah salah satu jenis alat pengumpul data yang menggunakan tanya jawab secara lisan (Dhofir, 1997:46). Pelaksanaan metode ini adalah dengan melakukan tanya jawab secara langsung kepada responden untuk mengetahui sejauh mana pemahaman terhadap ajaran agama islam dan praktek terhadap teori yang sudah diketahui, dan juga sejauh mana efek disiplin pondok terhadap pengamalan ajaran islam dalam kehidupan sehari hari
3. Metode dokumentasi
Metode ini digunakan untuk memperoleh data data melalui dokumen dokumen dan arsip arsip dari mentri syariah dan dakwah, buku buku mengenai pendapat atau teori yang berhubungan dengan penelitian
K. ANALISIS DATA
Salah satu hal yang terpenting dalam penelitian adalah analisis data. Analisis data yang akurat akan menjadikan kesimpulan yang didapat menjadi semakin valid.
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yan gpenting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. (Moleong, 2005:248)
Sedangkan analisisnya menggunakan analisis induktif, yakni dimulai dari lapangan atau fakta empiris, dimana peneliti terjun ke lapangan, mempelajari, atau penemuan yang terjadi secara alami, mencatat, menganalisis, menafsirkan, dan melaporkan serta menarik kesimpulan dari proses tersebut
L. PENGECEKAN KEABSAHAN DATA
Untuk menetapkan keabsahan (truthworthiness) diperlukan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability) (Moleong, 2005:234). Untuk memenuhi kriteria tersebut, maka ada beberapa hal yang harus dilakulkan peneliti dalam teknik pemeriksaan data yaitu:
1. Perpanjangan keikutsertaan
Yaitu peneliti memperpanjang keikutsertaanya dilapangan sampai ia mencapai kejenuhan dalam pengumpulan datanya (Moleong,2005:327). Hal ini dilakukan dengan membangun hubungan yang intens dengan responden agar memperoleh data yang valid, jujur, dan sesuai dengan realita yang terjadi.
2. Ketekunan pengamatan
Ketekunan pengamatan ini dilakukan dengan maksud untuk menemukan ciri ciri dan unsur unsur dalam situasi yang relevan dengan permasalahan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal hal tersebut secara rinci (Moleong,2005:329). Hal ini berguna untuk memahami permasalahan yang terjadi agar lebih jelas sehingga bisa mendapatkan gambaran yang nyata dari realita yang terjadi untuk mendapatkan solusi yang tepat dan efektif.
3. Triangulasi
Yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data tersebut untuk proses pengecekan data atau sebagai pembanding terhadap dua data itu (Moleong,2005:230). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan satu macam dari empat macam triangulasi berupa triangulasi dengan sumber, menurut Patton (Moleong,2005:331)bahwa triangulasi dengan sumber itu dapat dicapai dengan jalan:
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang orang didepan umum dengan dikatakan secara pribadi
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu
d. Membandingkan keadaan dan perspektiforang dalam strata sosial seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan dan sebagainya
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan
M. TAHAP TAHAP PENELITIAN
Secara umum, tahap tahap penelitian seperti yang dikemukakan oleh Lexy J. Moleong adalah :
1. Tahap pra lapangan
Tahap ini merupakan tahapan persiapan sebelum memasuki lapangan. Hal ini dilakukan agar peneliti memiliki persiapan yang baik dan maksimal. Ada enam kegiatan yang harus dilakukan peneliti dalam tahapan ini diantaranya:
- Menyusun ranangan penelitian
- Memilih lapangan penelitian
- Mengurus perizinan
- Menjajaki dan menilai keadaan lapangan
- Memilih dan memanfaatkan informasi
- Menyiapkan perlengkapan penelitian
2. Tahap pekerjaan lapangan
Pada tahap ini peneliti mulai memasuki lapangan, ada tiga bagian dalam pekerjaan lapangan ini yaitu:
- Memahami latar penelitian dan persiapan diri
- Memasuki lapangan
3. Tahap analisis data
Tahap analisis data ini merupakan tahapan terakhir dari kedua langkah diatas. Menurut Moleong (2005:280), ada tiga prinsip pokok dalam analisis data diantaranya:
1. Konsep dasar
2. Menemukan tema dan merumuskan hipotesis
3. Menganalisis berdasarkan hipotesa
N. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Agar penulisan penelitian ini lebih terstruktur dan mempermudah peneliti dalam pembahasannya, maka peneliti menyusun sistematika pembahasan sebagai berikut:
Pada bab pertama berupa pendahuluan yang mencakup diantaranya: latar belakang, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, alasan penelitian judul, batasan istilah dalam judul. Semua ini merupakan suatu gambaran awal dan perkenalan untuk menuju pada pembahasan berikutnya.
Pada bab kedua yaitu kajian pustaka yang memuat dua sub pembahasan diantaranya: konsep umum tentang agama yang mencakup: agama menurut para pakar, ibadah dalam agama islam, tujuan ibadah dalam agama islam, dan realitas sholat sub pembahasan kedua adalah konsepsi alquran tentang sholat yang membahas tentang pengertian sholat dan maknanya.
Pada bab selanjutnya, bab ketiga, adalah metode penelitian yang berisi tentang penjelasan mengenai pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumebr data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan temuan, tahap penelitian, semaunya merupakan pembahasan tentang metode yang dipakai dalam penelitian ini.
Pada bab ke empat adalah laporan penelitian yang berisi uraian tentang paparan data dan temuan hasil penelitian.












DAFTAR PUSTAKA
1. Al-Albani, M. Nashiruddin. Ringkasan Shahih Bukhari. Bandung: Gema Insani Press
2. Anuz, Fariq Gasim . Zaad Al-Muslim Al-Yaumi (Bekalan Muslim Sehari-hari)
3. Clark, W. H., (1958), The Psychology of Religion. New York : The Mac Millan Company.
4. Dhofir, Syarqowi. 1997. Pengantar Metodologi Riset Dengan Spectrum Islam. Prenduan: Percetakan Al-Amien
5. http://id.wikipedia.org/wiki/Fitrah
6. http://islamlib.com/id/artikel/islam-liberal-keberagamaan-pasca-politisasi-agama/
7. http://wakalanusantara.com/detilurl/Kesalahpahaman.Istilah.Ustadz/418
8. Moleong, Lexy J.2006. Metodologi Penelitian Kulaitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
9. Rafi’udin. 2004. Terapi Kesehatan Jiwa Melalui Ibadah Sholat. Jakarta: Restu Ilahi
10. Rahmat, Jalaludin. 2005. Psikologi Agama. Jakarta: Raja Grafindo persada
11. Roham abu jamin.2000. Shalat Tiang Agama. Jakarta: Media dakwah
12. Shihab, M Quraish. 2003. Membumikan Al-Quran. Bandung: Mizan
13. Shihab, M. Quraish. 2005. Lentera Hati. Bandung: Mizan
14. Thoha, Muhammad.2003. Intisari Ajaran Islam. Bandung: Irsyad faitus salam







INSTRUMEN WAWANCARA
A. Responden I
1. Sudah berapa tahun anda menjadi santri?
2. Apakah anda masuk pesantren berdasarkan inisiatif sendiri atau dari orang lain?
3. Mengapa anda memutuskan untuk masuk ke pesantren?
4. Apakah anda melaksanakan aturan pondok dengan baik?
5. Apakah anda merasa cocok dengan pola kehidupan di pondok?
6. Menurut anda apakah arti kehidupan itu?
7. Apa yang anda pahami mengenai kehidupan keberagamaan?
8. Apa yang anda pahami tentang islam?
9. Apakah kehidupan sehari hari anda sudah sesuai dengan ajaran islam?
10. Apa yang anda pahami mengenai ibadah dalam agama islam?
11. Sejauh mana anda mengetahui arti sholat?
12. Sejauh mana pemahaman anda mengenai kewajiban sholat?
13. Apakah anda terbiasa melaksanakan sholat tepat waktu, mengapa?
14. Apakah anda pernah melaksanakan sholat dengan tidak tepat waktu?
15. Apa yang anda rasakan jika anda sholat tidak tepat waktu?
16. Apakah anda lebih suka sholat sendirian atau sholat berjamaah?
17. Menurut anda apa hokum sholat berjamaah?
18. Apakah dengan aturan yang diterapkan di pondok mengenai kewajiban sholat berjamaah dimasjid membuat anda konsisten sholat berjamaah hingga sekarang?
19. Apakah anda merasa lebih islami dari sebelum masuk ke pondok?
20. Menurut anda apakah kehidupan di pondok bisa menjamin seseorang untuk konsisten menjalankan ajaran islam setelah keluar dari pondok?
B. Responden II
1. Bagaimana pendapat anda mengenai kehidupan keberagamaan mereka?
2. Bagaimana menurut anda mengenai disiplin yang diterapkan di pondok terutama mengenai sholat berjamaah?
3. Pernahkah anda menjumpai kehidupan keberagamaan mereka yang tidak sesuai dengan ajaran agama islam?
4. Bagaimana pelaksanaan sholat mereka ?
5. Pernahkah anda melihat mereka tidak sholat tepat waktu atau tidak sholat berjamaah atau bahkan tidak melaksanakan sholat sama sekali?
6. Pernahkah anda menegur mereka ketika mereka tidak melaksanakan kewajibannya?
7. Menurut anda bagaimanakah seharusnya kehidupan keberagamaan mereka?


Konseling Ego: Teori Pendekatan Konseling Menurut Carl Gustav Jung dan Erich Fromm


Konseling Ego: Teori Pendekatan Konseling Menurut Carl Gustav Jung dan Erich Fromm
Oleh : Aris Kurniawan
I. Pendahuluan
Carl Gustav Jung dan Erich Fromm merupakan dua tokoh pionir dalam bidang psikologi eksistensi kemanusiaan (humanistic- existential psychology). Kedua tokoh tersebut berasal dari daratan eropa, sesuai dengan tempat perkembangan ilmu psikologi. Keduanya merupakan pakar dalam psikoanalisa. Tetapi keduanya mempunyai pendapat masing masing yang berbeda dalam bidang yang digelutinya, termasuk dalam bidang konseling ego.
Pada dasarnya teori dari kedua tokoh tersebut lebih berhubungan dengan bidang psikologi dan psikoterapi karena keduanya merupakan tokoh yang berpengaruh dalam bidang psikologi. Jung sendiri merupakan seorang psikiater yang juga merupakan pendiri dari psikoanalisa modern. Sedangkan Erich Fromm merupakan seorang psikolog dan psikoanalis, Keduanya merupakan tokoh besar dalam bidang psikoanalis modern yang merupakan kelanjutan dari teori psikoanalisis dari Sigmund Freud. Tetapi keduanya mempunyai teori yang sama sekali berbeda dengan pendahulunya, Sigmund Freud, bahkan ada beberapa kritik dari mereka terhadap teori dari Freud.
Dalam beberapa literatur disebutkan bahwa meskipun freud dan beberapa tokoh lain yang muncul setelahnya masih membahas mengenai psikoanalisa tetapi terdapat perbedaan pendapat yang cukup tajam antara teori psikoanalisis klasik (Freud) dan psikoanalisis baru (Jung, Adler, Rank, Horney, Fromm, Sullivan, dll)
Kita dapat melihat bahwa Freud merupakan penggagas awal dari teori psikoanalisa yang kemudian dikembangkan oleh banyak tokoh yang sekaligus memunculkan berbagai teori baru, dan bahkan Jung sendiri merupakan pionir yang terkenal dalam bidang analisis mimpi (dream analysis). Dan Fromm sendiri juga merupakan pendiri dari psikologi politik melalui bukunya Escape from Freedom.
Tulisan dan karya karya Jung khususnya dan Erich Fromm pada umumnya, dipengaruhi oleh religiusitas yahudi. Seperti dialog jung dengan freud tentang mimpi, yaitu confrontation with the unconscious, karya karya dari Erich Fromm seperti The art of loving, escape from freedom, dan man for himself.
Kita dapat melihat bahwa keduanya tetap dipengaruhi oleh pandangan dari Freud dan juga religiusitas yahudi, karena keduanya beragama Kristen. Dan teori teori mereka banyak digunakan oleh para pastor dalam melakukan bimbingan kepada jamaahnya.

II. Pembahasan
Untuk lebih memperjelas teori maupun pendapat dari Jung dan Fromm dalam bidang konseling ego maka perlu dibahas mengenai dasar dari konseling ego sendiri yang merupakan pengembangan dari sebuah metode psikoterapi. Karena keduanya merupakan psikiater dan juga psikolog.
Setiap terapis atau konselor memilih jalan yang dalam persepsinya mampu mengembalikan keseimbangan diri pasiennya, baik dengan konsep kesehatan mental menurut freud (keseimbangan antara ego dan super ego), menurut jung (perkuatan ego) menurut adler (mengalihkan rasa kekurangan diri dalam diri dan mengubah gaya hidup), menurut frank( menerima kenyataan akan traumatis masa kecil dan membentuk keinginan yang kuat) maupun menurut Sullivan(memperbaiki konsep diri)
Fungsi ego sendiri menurut para pengiikut Freud dalam bidang psikologi ego adalah lebih dari sekedar wasit penengah yang harus peka akan keinginan-keinginan dari “tuan-tuannya”dan yang harus mengkompromikan dengan keinginan keinginan tesebut. Tuan tuan dan keinginan kienginan yang dimaksud disini adalah dorongan dorongan naluriah dengan prinsip kenikmatannya pada satu sisi dan super ego yang merupakan otoritas orang tua yang sudah diinternalisasikan dengan prinsip realitasnya di sisi yang lain.
Konseling disini tidak berlawanan dengan psikoterapi. Keduanya adalah kembar siam. Karena konseling adalah satu bentuk terapi dengan dialog, analisis, dan bimbingan. Posisinya sebagai bagian dari terapi adalah karena adanya analisis diri. Sisi inilah yang berkaitan erat dengan makna khusus dari apa yang disebut psiko terapi. Terapi dengan dialog, analisis, dan bimbingan, memiliki model yang sangat beragam. Berbagai teori bisa masuk dalam dunianya, baik dari sisi tematis maupun aplikatifnya.
Psikoanalisis adalah salah satu aliran psikologi kepribadian yang meletakkan dasar metodologi kajian psikologi. Pada dasarnya ia adalah salah satu aliran psikoterapi. Ide dasarnya adalah adanya upaya mengangkat pikirantidak sadar muncul ke permukaan dan disadari eksistensinya dengan cara asosiasi bebas. Tujuannya adalah untuk membantu paisen dalam menyadari problematika yang dihadapinya dengan mengendalikan goncagan kejiwaan yang berasal darinya. Juga merekonstruksi kepribadian yang selaras antara id, ego, dan superego.
Sebagian psikolog psikoanalisis setelah Freud, seperti Heinz, Hartman, Ernest kris, dan david rapaport mengkaji ulang teori psikoanalisis dan mereka membuktikan bahwa ego memiliki peranan dalam keseimbangan hidup, baik itu normal maupun penyimpangannya. Merekapun mengakui kemndirian ego dalam menggambarkan usaha individu dalam menyikapi kebutuhan hidup.
Psikoanalisis berpendapat bahwa manusia layaknya binatang yang digerakkan oleh insting biologisnya. Sedangkan beragam aktifitasnya (menuntut ilmu, mempelajari seni, beragama, dan banyak lainnya), semua itu dijalaninya hanya untuk memuaskan keinginanya. Kebahagiaan hanya bisa tercapai bila manusia mampu memuaskan inting primitifnya melalui id, ego, dan super ego.
Untuk lebih memperjelas teori teori dari mereka, berikut ini adalah pembahasan mengenai konseling ego dan beberapa teori lain yang mereka kemukakan.
1. Carl Gustav Jung
Carl Gustav Jung merupakan orang berkebangsaan Swiss yang lahir pada tahun 1875. Beliau sudah mengenal tentang studi mengenai perbandingan berbagai agama melalui komik komik yang diberikan oleh ibunya. Jung mempunyai minat yang besar terhadap gambar gambar eksotik dewa dewa dalam agama hindu. Beliau merupakan tokoh penting dalam ilmu psikologi, dan dianggap kontroversial oleh banyak ahli psikologi lain. Beliau merupakan seorang psikiater dan juga seorang dokter, meskipun sebelumnya jung bercita cita untuk menjadi arkeolog.
Beliau telah membuat kontribusi yang radikal dan menonjol dalam 4 bidang psikologi, yaitu:
- Bidang Psikologi Behavioral, melaui penelitiannya tentang asosiasi kata kata, yang juga menjadi dasar pengembangan tes deteksi kebohongan.
- Bidang Psikologi Psikodinamis, beliau mendorong batas teori psikodinamis lebih luas dari yang pernah dilakukan Freud.
- Psikologi Humanistik, jung berusaha mengantisipasi semua tema utama dalam pendekatan eksistensi humanistik, terutama dalam konsep “self”( yang merupakan integrasi dari prinsip psikologi manusia), imajinasi aktif dan kesadaran manusia.
- Psikologi Transpersonal, dalam bidang ini jung sudah menjadi pakar sejak sebelum bidang ini dianggap sebagai cabang psikologi.
Teori kepribadian Jung biasanya dipandang sebgai teori psikoanalitik karena tekanannya pada proses-proses ketidaksadaran, namum berbeda dalam sejumlah hal penting dengan teori kepribadian Freud. Mungkin segi yang paling khusus dan mencolok dalam pandangan Jung tentang manusia adalah bahwa ia tidak hanya ditentukan oleh sejarah individu dan ras (kausalitas), tetapi juga ditentukan oleh tujuan-tujuan dan aspirasi-aspirasi (teologi). Baik masa lampau sebagai aktualitas maupun masa depan sebagai potensialitas sama-sama membimbing tingkah laku sekarang. Mengutip kata-kata Jung, “ Orang hidup dibimbing oleh tujuan-tujuan maupun sebab-sebab”.
Carl jung percaya bahwa kita semua berpotensi hidup dalam totalitas keberadaan kita, segala naluri, dorongan, dan hasrat yang menjadikan kita manusia. Mungkin sebagai pengurus yang peka, atau pengusaha yang agresif.
2. Pokok-pokok Teori Carl Gustav Jung
a. Struktur kepribadian
Kepribadian atau psyche (istilah yang dipakai Jung untuk kepribadian) tersusun dari sejumlah sistem yang beroperasi dalam tiga tingkat kesadaran : ogo beroperasi pada tingkat sadar, kompleks beroperasi pada tingkat tak sadar pribadi, dan arsetip beroperasi pada tingkat tak sadar kolektif.
Disamping sistem-sistem yang terkait dengan daerah operasinya masing-masing, terdapat sikap jiwa (introvert dan ekstravert) dan fungsi jiwa (pikiran, perasaan, pengidraan, dan intuisi).
a. Sikap jiwa, adalah arah enerji psikis (libido) yang menjelma dalam bentuk orientasi manusia terhadap dunianya. Sikap jiwa dibedakan menjadi :
1. Sikap ekstrovert
> libido mengalir keluar
> minatnya terhadap situasi sosial kuat
> suka bergaul, ramah, dan cepat menyesuaikan diri
> dapat menjalin hubungan baik dengan orang lain berkipun ada masalah.
2. Sikap introvert
> libido mengalir ke dalam, terpusat pada faktor-faktor subjektif
> cenderung menarik diri dari lingkungan
> lemah dalam penyesuaian social
> lebih menyukai kegiatan dalam rumah
b. Fungsi jiwa, adalah suatu bentuk aktivitas kjiwaan yang secara teoritis tetap meskipun lingkungannya berbeda-beda. Fungsi jiwa dibedakan menjadi dua ;
o Fungsi jiwa rasional, adalah fungsi jiwa yang bekerja dengan penilaian dan terdiri dari :
> pikiran : menilai benar atau salah
> perasaan : menilai menyenangkan atau tak menyenangkan
o Fungsi jiwa yang irasional, bekerja tanpa penilaian dan terdiri dari :
> pengideraan : sadar indrawi
> intuisi: tak sadar naluriah
Menurut Jung pada dasarnya setiap individu memiliki keempat fungsi jiwa tersebut, tetapi biasanya hanya salah satu fungsi saja yang berkembang atau dominan. Fungsi jiwa yang berkembang paling meonjol tersebut merupakan fungsi superior dan menentukan tipe individu yang bersangkutan.

3. Struktur Kepribadian.
Keseluruhan kepribadian atau psikhe, sebagaimana disebut oleh Jung terdiri dari sejumlah sistem yang berbeda, namun saling berinteraksi. Sistem-sistem yang terpenting adalah ego, ketidaksadaran pribadi berserta kompleks-kompleksnya, ketidaksadaran kolektif beserta arkhetipus-arkhetipusnya, persona, anima dan animus, dan bayang-bayang. Disamping sistem-sistem yang saling tergantung ini terdapat sikap-sikap introversi dan ekstraversi, serta fungsi-fungsi pikiran, perasaan, pendirian, dan intuisi. Akhirnya terdapat diri (self) yang merupakan pusat dari seluruh kepribadian.
• Kesadaran (Consciusness) dan Ego
Ego adalah jiwa sadar yang terdiri dari persepsi-persepsi, ingatan-ingatan, pikiran-pikiran, dan perasaan-perasaan sadar. Ego melahirkan perasan identitas dan kontinuitas seseorang, dan dari segi pandangan sang pribadi ego dipandang berada pada kesadaran.
4. Erich Fromm
Merupakan seorang psikoanalis dan pembuat teori sosial dari jerman, yang lahir pada tahun 1900, yang selalu melihat dirinya sebagai neo freudian dalam orientasinya. Tetapi banyak yang menganggapnya sebagai pemegang posisi kunci dalam perkembangan kemanusiaan. Fromm melihat kehidupan manusia sebagai dasar pertentangan karena manusia merupakan bagian dari alam dan sekaligus terpisah darinya, kita adalah binatang dan manusia. Beliau mengemukakan mengenai lima dasar kebutuhan eksistensi yaitu: relatedness (keterhubungan), transendence (kebersandaran), rootedness, identify dan frame orientasi.
Fromm berpendapat bahwa karakter sosial adalam sebuah proses mediasi antara ketidaksadaran individual dengan arah ekonomi dan sosial. Jenis karakter yang terpisah berkembang untuk memasangkan aturan dan fungsi yang dibutuhkan masyarakat. Dalam budaya barat ada lima tipe dasar yaitu: receptive, exploitative, hoarding, marketing dan productive.
Fromm meyakini bahwa kebebasan adalah sebuah aspek alami manusia yang bisa kita ambil atau tinggal. Dia memeriksa bahwa ketika kita mengambil kebebasan itu maka kita akan menjadi sehat. Dimana meninggalkan kebebasan menggunakan proses pelarian diri merupakan akar dari masalah psikologi. Fromm mengidentfikasi ada 3 bentuk umum mekanisme pelarian diri: automaton conformity, authoritarianism, and destructiveness. Automaton conformity adalah merubah idealism seseorang untuk menerima persepsi umum yang mengacu pada jenis keprobadian, pada prosesnya menghilangkan diri sejati seseorang. Automaton conformity menggantikan beban memilih dari diri sendiri ke masyarakat. Authoritarianism memberikan kendali dari seseorang kepada oranglain. Dengan dengan menyerahkan kebebasan seseorang kepada orang lain, hal ini akan menghilangkan kebebasan memilih hamper secara keseluruhan. Kemudian yang terakhir adalah destructiveness adalah sebuah prosies yang mencoba menghilangkan yang lain atau dunia secara keseluruhan, semua hanya untuk menghindar dari kebebasan. Sebagaimana kata Fromm "the destruction of the world is the last, almost desperate attempt to save myself from being crushed by it" kerusakan dunia adalah yang terakhir, hamper mustahil untuk menyelamatkan diriku sendiri dari kerusakan itu. (1941).
Kosa kata biofilia sering digunakan oleh Fromm untuk menjelaskan arah produktif psikologi dan keadaan. Sebagai contoh tambahan dalam bukunya The Heart of Man: Its Genius For Good and Evil, Fromm menulis teori tentang humanis credo:
"I believe that the man choosing progress can find a new unity through the development of all his human forces, which are produced in three orientations. These can be presented separately or together: biophilia, love for humanity and nature, and independence and freedom." (c. 1965)
Erich Fromm mempunyai dalil tentang delapan kebutuhan dasar:
> Keterkaitan dan keterhubungan dengan yang lain, peduli, menghormati, pengetahuan.
> Transendensi kreatifitas, mengembangkan kehidupan yang menarik dan penuh cinta.
> Akar akar rasa memiliki
> Identitas rasa melihat diri kita sebagai manusia yang unik dan bagian dari kelompok social
> Kerangka orientasi, mengerti dunia dan tempat kita di dunia
> Perangsangan dan stimulasi, Secara aktif berjuang untuk tujuan bukan hanya sekedar tanggapan yang sederhana
> Kesatuan, perasaan bersatu antara seseorang dan alam dan dunia diluar manusia
> Keefektifan, kebutuhan untuk merasa terselesaikan
Tesis Fromm tentang "escape from freedom" melambangkan bagian berikut. Makhlkuk individual yang kehilangan ikatan primer seperti alam, keluagra, dsb. Yang juga diungkapkan dalam "freedom from":
"There is only one possible, productive solution for the relationship of individualized man with the world: his active solidarity with all men and his spontaneous activity, love and work, which unite him again with the world, not by primary ties but as a free and independent individual.... However, if the economic, social and political conditions... do not offer a basis for the realization of individuality in the sense just mentioned, while at the same time people have lost those ties which gave them security, this lag makes freedom an unbearable burden. It then becomes identical with doubt, with a kind of life which lacks meaning and direction. Powerful tendencies arise to escape from this kind of freedom into submission or some kind of relationship to man and the world which promises relief from uncertainty, even if it deprives the individual of his freedom."
Konseling Ego Dalam Beberapa Aliran Psikoterapi Kontemporer
Ada lima aliran yang mewarnai dunia psikoterapi masa kini / kontemporer. Metode yang sering dipakai oleh para ahli psikoterapi sekuler adalah dengan mengembangkan suatu eclectisism(system filsafat yang menggunakan pemilihan dari berbagai sumber) yang terintegrasi, yang menggunakan berbagai pemahaman dan metode dari bermacam macam pendekatan penyembuhan. Agar dapat digunakan secara efektif maka berbagai sumber daya ini harus diintegrasikan di sekitar suatu inti asumsi yang konsisten tentang tabiat, proses, dan tujuan penyembuhan dan keutuhan.
Dalam konseling pastoral, metode yang digunakan pada masa awal pelayanan adalah menggunakan psikoanalisa, yaitu suatu system psikologi ego sebagai kerangka kerja konsepsional yang mempersatukan. Dan pada masa kini prinsip prinsip konseling konseling pertumbuhan (yang mencakup banyak pemahaman psikologi ego) menjadi suatu system integrasi yang menghasilkan banyak perubahan.
Dari sekian banyak aliran psikoterapi, semuanya dapat dibagi menjadi lima kategori yang salingmelengkapi, dan bertumpang tindih dan juga bertentangan dalam beberapa hal. Kelima aliran tersebut adalah:
1. Terapi yang berorientasi pada pemahaman tradisional
Aliran ini dimulai oleh karya perintis Sigmund Freud, yang mencakupkebanyakan terapi yang berkembang sebelum dua decade terakhir. Termasuk Freud dan para ahli analis ego, Adler, Rank, Fromm, Horney, Sullivan, dan carl Rogers.
2. Terapi perilaku, tindakan, krisis
Kelompok terapi ini dihubungkan oleh asumsi bahwa belajar secar salah adalah penyebab dasar dari segala masalah hidup. Karena itu inti dari perubahan yang menyembuhkan adalah memperlajari kembali perilaku dan atau cara berpikir yang tepat
3. Terapi potensi manusia
Aliran ini mencakup berbagai terapi non analitik yang tujuan khasnya adalah untuk membantu orang mengaktualisasikan berbagai macam potensi mereka sepenuhnya, seperti analisis transaksional, terapi gestalt, dan terapi badan
4. System relasional dan terapi radikal
Aliran ini mencakup semua terapi yang bertujuan untuk membebaskan berbagai system social yang kecil maupun yang lebih besar sehingga semua anggotanya dapat hidup dengan lebih bebas dan lebih konstruktif.
5. Terapi pertumbuhan rohani
Aliran ini mencakup berbagai teori yang memandang penyembuhan dan pertumbuhan rohani menuju keutuhan spiritual sebagai pusat bagi seluruh penyembuhan dan pertumbuhan. Berbagai pendekatan seperti dari carl jung, dari para ahli terapi eksistensialis, ahli psikosisntesis, ahli psiko terapi pastoral, dan dari pendekatan dunia timur untuk meningkatkan kesadaran.






Daftar Pustaka
> Butler, Timothy.2007. Getting Unstuck. Jakarta: Serambi. Hal 77
> Clinebell, Howard John. 2002. Tipe-tipe dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral: sumber-sumber untuk pelayanan penyembuhan dan pertumbuhan. Yogyakarta: Kanisius. Hal: 498
> Erich Fromm, Escape from Freedom [N.Y.: Rinehart, 1941], pp. 36-7. The point is repeated on pp. 31, 256-7
> Gerkin, Charles V. 1992. Konseling Pastoral dalam Transisi. Yogyakarta: Kanisius. Hal: 105
> http://en.wikipedia.org
> http://konselingindonesia.com/
> Izzudin, Muhammad Taufiq. Panduan Lengkap Dan Praktis Psikologi Islam Jakarta: Gema Insani Press
> Sularto, St.2004. Bukuku kakiku. Jakarta: Gramedia. Hal: 180