connect:

Latest Post

Wednesday, July 21, 2010

PERSPEKTIF UMAT ISLAM DALAM MENERIMA INFORMASI BARU


PERSPEKTIF UMAT ISLAM DALAM MENERIMA INFORMASI BARU
aris kurniawan
Sering kita mendengar ungkapan ‘Lihatlah apa yang dikatakan dan jangan lihat siapa yang mengatakan’. Dan kata kata ini seringkali diungkapkan oleh orang kita anggap lebih pintar dari kita. Tetapi benarkah hal ini dibolehkan dalam agama islam, karena tidak jarang seseorang yang kita anggap lebih baik agamanya justru melakukan sesuatu yang berlawanan dengan alquran atau hadis. Bukan karena tidak tahu atau sengaja, tetapi mungkin karena apa yang mereka maksudkan sebenarnya sangat berbeda dengan apa yang ditangkap oleh pendengar, karena perbedaan persepsi atau sudut pandang, juga ilmu pengetahuan yang dimiliki.
Tapi jika menerima sesuatu tanpa melihat pemberinya tetap dilakukan, maka generasi berikutnya pasti akan terjerumus dalam kesesatan karena melakukan taqlid terhadap orang lain. Karena memang nilai benar dan salah itu sangat sulit untuk diterapkan dalam berbagai sudut pandang, karena kita tidak boleh memandang dari satu sisi maka nilai benar dan salah pun menjadi terbagi sesuai sisi sisi itu. Tetapi apakah islam tidak mempunyai standar baku tentang nilai benar dan salah itu.
Jika kita menilik alquran dan hadis maka jelas bahwa keduanya merupakan sumber kebenaran hanya saja tanggapan, persepsi, atau pemehaman orang terhadap keduanya akan menghasilkan hal yang berbeda-beda. Pemahaman mahasiswa terhadap kata “iqra” tentu berbeda dengan pemahaman dosen terahdap kata tersebut. Tetapi meskipun begitu tetap ada benang merah yang menjadi persepsi yang paling benar dari persepsi yang lain.
Mengenai pernyataan “Lihatlah apa yang dikatakan dan jangan lihat siapa yang mengatakan” jika diterapkan dalam masalah selain agama mungkin tidak apa apa, tetapi jika diterapkan dalam kehidupan beragama maka ungkapan ini harus dilihat dari sisi yang berbeda yaitu persepsi syariat islam atau dipersempit jangkauannya.
Pernah diceritakan bahwa perawi hadis Al-Bukhari pernah tidak menshahihkan sebuah hadis hanya karena perawi hadis itu memperlakukan hewan piaraannya dengan tidak baik. Dan dalam agama islam seorang saksi haruslah orang yang sudah mumayyiz. Dalam muqaddimah Shahih Bukhari dijelaskan bahwa Seorang Tabi’in yang bernama Muhammad bin Sirin (wafat tahun 110 H) rahimahullah berkata, “Mereka (yakni para ulama hadits) tadinya tidak menanyakan tentang sanad tetapi tatkala terjadi fitnah, mereka berkata, ‘Sebutkan kepada kami nama rawi-rawimu, bila dilihat yang menyampaikannya Ahlus Sunnah, maka haditsnya diterima, tetapi bila yang menyampaikannya ahlul bid’ah, maka haditsnya ditolak.”
Hal ini terbukti dalam periwayatan hadis bahwa hadis yang paling kuat adalah hadis yang mutawatir, yang salah satu syaratnya adalah rawi-rawinya (periwayat hadis) tsiqat dan mengerti terhadap apa yang dikabarkan dan (menyampaikannya) dengan kalimat pasti. Dan kualitas sebuah hadis bisa berkurang karena perawinya kurang dhabit atau kurang kuat hafalannya. Selain itu Abdullah bin al-Mubarak (wafat th. 181 H) rahimahullah pernah berkata: “ Sanad itu termasuk dari agama, kalau seandainya tidak ada sanad, maka orang akan berkata sekehendaknya apa yang ia inginkan"
Melihat beberapa hal diatas maka ungkapan untuk hanya melihat apa yang dikatakan kiranya perlu dibatasi dalam koridor tertentu, karena dari satu hal terdapat banyak sisi untuk dilihat, dan tentu saja umat islam tidak bisa hidup tanpa umat yang lain, entah itu Kristen, hindu, yahudi, budha, atau yang tidak beragama sekalipun. Karena tidak jarang ilmu mengenai dunia didapatkan oleh orang non islam, sebagaiman teknologi yang sekarang berkembang pesat saat ini dipegang oleh orang non islam dan orang islam rata rata hanya menjadi konsumen saja.
Sadar atau tidak ketika itu umat islam sedang mengambil sesuatu tanpa melihat dari mana sesuatu berasal. Bahkan dalam hal agama pun tidak ketinggalan karena memang mudah terpengaruh itu merupakan sifat manusia ketika menginginkan sesuatu. Bahkan perkembangan barat pun diawali karena pengaruh islam yang sedang berkembang. Dan pertanyaannya apakah umat islam sekarang baru bisa berkembang jika mengambil pengaruh dari kelompok yang berkembang.
Semoga saja umat islam belum kehilangan kreatifitasnya hanya karena mengutamakan kehidupan akhirat dan mengesampingkan kehidupan dunia, semoga saja umat islam tidak sibuk berdzikir untuk keselamatan pribadinya di akhirat hingga melupakan kewajibannya sebagai khalifah dibumi, semoga saja umat islam tidak hanya sibuk mengurusi masalah sepele seperti ikhtilaf ulama fiqih, karena fiqih hanya merupakan pendapat dan pemahaman seseorang terhadap nash, dan melupakan masalah yang besar yaitu kesatuan umat islam. Dan semoga saja umat islam tidak sibuk berkumpul tetapi hanya menjadi seperti buih di lautan yang tidak mempunyai kekuatan. Wallahu a’lam. (Arisk)

DIFFERENCE AMONG ENGLISH TEXT AND ENGLISH LANGUAGE TEXT


DIFFERENCE AMONG ENGLISH TEXT AND ENGLISH LANGUAGE TEXT
Written by: Aris Kurniawan

Have you ever realize that a text or an article in every language has their own characteristic. And this made a text can’t be translated directly into other languages. This is one of problem when we write text in English language, because we are Indonesian. So we have to change a lot of things to become an English writer whom write truly English text, not just a text in English language which been translated from Indonesian language.
In practice progress I often see a lot of text which written by Indonesian, and when I compare it with a text from English people, I can see some difference among both. And when I read some books about English text writing, I found it clearly. And I knew this is often happened in Indonesian English text.
Every language has their own grammatical rules and syntax, which is different to the other languages. Even some languages has some specific vocabularies which doesn’t present in the other language to divine. Indonesian and English languages had been so different, so when the making of English text, someone cannot use Indonesian grammatical and syntax, and also at the making of Indonesian text in otherwise.
In my sight English grammatical is more appreciate in time form, but in Indonesian some sentence had been relative, so a sentence could have a lot of meaning. Because some word in Indonesia had a same form between noun and verb.
In English writing Ivanic said “writing is not just about conveying “content” but also about the representation of self. Who we are affects how we write, whatever we are writing.” When someone write their subjectivity are often belonged to the text, because in some of writing activities the writer are often inserting their opinion. So when we write in English language we have to think like an English writer completely. It is related to Rahmah statement in her book “learning and teaching English is like entering a new world.” Yes the English people world with their cultures, languages, and also their thinking way. And the other side we have to leave the Indonesian literacy which is could shape and influence the writing process.
When write English text peoples have to take a different point of view. Because a text sometimes came from a simple idea which is creatively wrote. As Kroll state that writing is an intellectual activity in which learning to create written products is that demonstrates mastery over contextually appropriate formats for the rhetorical presentation of ideas as well as mastery in all areas of language. And according to Rohmah opinion that writing is not only linguistic and technical matter, but writing also involves an interplay between writing and identity. So a good writing is not only about grammatical rules and sentences arrangement but also the social context. Where the writer and reader positions present. So the text is can be understood, because writing is a social connection.
When some one writes actually they are communicating with the readers in indirect form. But readers are often doesn’t realize if they are communicating with the writers. So for making of good text is needed orientation, reader or writer orientation. And when explain something have to see who is the reader beside above rules.
The difference among English and Indonesian writers is also at the way of writing and describing the topic. Robert B. Kaplan said “oriental cultures (Asian) write in a circular way and western culture write in a linear fashion, and that rhetorical repertoires are culture specific.” We have to pay a lot of attention about this, because English have their own way to describe something, especially on the text.

Potensi ekonomi pondok pesantren


Potensi ekonomi pondok pesantren
aris kurniawan
Akhir akhir ini banyak badan usaha yang dikelola oleh sebuah pondok pesantren. Dan badan usaha itu sekarang tidak hanya melayani kebutuhan santri saja, tetapi lebih luas lagi yaitu melayani kebutuhan umum dan lingkupnya pun semakin luas. Kondisi ini merupakan suatu kemajauan yang dicapai oleh pondok pesantren dimana pesantren tidak hanya mengurusi masalah akhirat saja.
Pondok pesantren tang mempunyai ribuan santri tentunya memiliki perputaran uang yang banyak di lingkungan pondoknya saja, karena uang kiriman dari berbagai wilayah masuk dan berputar disitu. Apalagi jika terdapat badan usaha seperti industri kecil ataupun mini market tentunya omzetnya tinggal mengalikan dengan jumlah santrinya saja, karena di lingkungan pondok para santri dilarang membeli diluar area pondok. Selain karena alasan keamanan alasan finansialpun juga tidak ketinggalan. Untuk itu setiap pondok pesantren pasti mengatur system ekonominya dengan system tertutup dan cenderung monopoli.
Memang system monopoli sebenarnya dilarang dalam islam, tetapi jika system seperti ini tidak diterapkan maka pondok itu aan menjadi pasar. Tetapi perlu digaris bawahi bahwa kebijakan monopoli seharusnya tidak membuat harga komoditi menjadi lebih tinggi dari harga pasaran, sehingga tidak terkesan bahwa pondok menjadikan santrinya sebagai ajang bisnis. Karena diakui atau tidak santri merupakan pasar yang sangat mudah dikendalikan, tidak seperti di dunia luar.
Seharusnya system perekonomian di pondok mendukung santrinya untuk hemat dan mempunyai kecerdasan financial, yang nantinya berguna bagi kehidupannya setelah lulus dari pondok. Para santri seharusnya diajarkan bagaimana menghasilkan uang, bukan hanya diberikan sugesti tentang cara menghabiskan uang sakunya. Karena dari perilaku yang saya amati kebanyakan santri mempunyai sifat konsumtif yang tinggi, mungkin karena memang ada anggapan bahwa sudah sewajarnya anak anak setingkat SMP atau SMA menghabiskan beberapa ribu setiap hari untuk jajan. Tetapi apakah wajar jika harga yang diterapkan lebih mahal 10 sampai 30 persen dari harga pasaran. Bukankah kesederhanaan merupakan asas pondok pesantren itu
Seharusnya ada upaya dari pondok pesantren untuk menekan biaya konsumsi santrinya. Saya rasa wajar jika sebuah pesantren mempunyai fasilitas air minum yang didistribusikan melalui pipa dan dapat diakses di banyak tempat, bukan hanya air satu gallon atau beberapa teko di dapur. Karena kita lihat di tempat wisata di masjid Ampel Surabaya atau di Makam KH. Kholil bangkalan terdapat air minum gratis yang melimpah. Karena mungkin tidak banyak yang tahu bahwa air dari kran masjid biasa dikonsumsi langsung oleh santri.
Pondok pesantren dengan potensi SDM yang melimpah seharusnya bisa menjadikan badan usaha yang mampu bersaing di masyarakat umum, dengan memproduksi barang yang berkualitas dengan harga jual yang terjangkau. Karena bukankah pengabdian kepada masyarakat adalah prinsip yang dipegang teguh oleh pesantren. Kita bsa melihat Pondok Sidogiri yang mempunyai perusahaan air minum yang besar dan mempunyai Mini market yang tersebar di berbagai wilayah bahkan di Madura sendiri.
dari sekian pondok pesantren yang bertaraf nasional di madura apakah tidak ada yang mampu menciptakan sebuah industri yang bisa menyerap tenaga kerja dari masyarakat dan bisa menghasilkan produk yang murah dan berkualitas. Apakah membantu umat islam dari segi ekonomi itu tidak masuk dalam agenda pondok pesantren. Wallahu A’lam

Ego dan Moralitas


Ego dan Moralitas
aris kurniawan
I. Pendahuluan
Pemikiran manusia selalu mengalami perkembangan karena rasa ingin tahu manusia yang tidak terbatas. Manusia memikirkan berbagai hal untuk mencapai kemakmuran dalam hidupnya. Karena manusia tidak bisa hidup sendiri dan selalu membutuhkan orang lain, tetapi dalam hubungannya dengan orang lain itu terkadang bahkan sering timbul masalah. Sehingga manusia mulai memikirkan bagaimana agar kehidupan bermasyarakat mereka menjadi lebih baik.
Perkembanganpemikiran manusia mengalami beberapa tahap perkembangan dari hal hal yang dekat hingga hal yang terjauh, dan perkembangan ini tidak berhenti hingga sekarang dan telah merubah berbagai macam hal yang berhubungan dengan kehidupan manusia.
Salah satu bentuk pemikiran mereka mengenai kehidupan bermasyarakat ini tertuang dalam filsafat moral yang membahas berbagai bentuk sifat manusia guna menciptakan hubungan sosial yang harmonis. Dan dalam makalah ini akan dibahas beberapa hal mengenai ego dan moralitas.
II. Pembahasan
Filsafat moral merupakan cabang filsafat yang berawal dari filsafat yunani yang dimulai dengan filsafat alam, yaitu ketika manusia mempertanyakan tentang alam disekitarnya. Yang kemudian dilanjutkan dengan filsafat manusia, yang pembahasannya berkembang dari konteks keberadaannya dan mulai mempertanyakan bagaimana manusia harus hidup agar hidupnya menjadi lebih baik.
Sebagai filsafat, etika bertanya tentang yang harus atau tidak boleh dilakukan, tentang yang baik dan yang buruk untuk dilakukan.
Secara etimologis etika berasal dari kata ‘ethos’(yunani) = adapt kebiasaan; cara bertindak. Sedangkan sebagai ilmu filsafat moral adalah refleksi kritis, metodis dan sistematis tentang tingkah laku manusia.
Sifat fisiologisnya : melampaui data daktual. Bertanya tentang yang harus dan tidak boleh, yang baik dan yang buruk.
Dalam moral terkandung juga masalah etika yang dibagi menjadi dua yaitu etika deskriptif dan etika normatif. Etika normatif mencakup etika umum (prinsip moral dasar) dan etika khusus (etika terapan). Etika beerfungsi untuk memberi orientasi kritis dan rasional dalam menghadapi pluralisme moral, yang diakibatkan oleh adanya aneka pandangan moral, gelombang modernisasi, dan munculnya bebagai ideologi.
Tugas pokok etika adalah mempelajari norma-norma yang dianggap berlaku, mempersoalkan hak dari setiap lembaga normatif, dan mengarahkan orang untuk kritis dan rasional, percaya pada diri sendiri, bertindak sesuai yang dapat dipertanggung jawabkan secara moral.
Etika merupakan sebuah refleksi kritis dan rasional tentang nilai, ajaran dan pandangan-pandangan moral Sebuah refleksi kritis dan rasional Moralitas adalah seuah ajaran, sedangkan etika adalah sebuah ilmu (ilmu tentang moralitas)
Moralitas merupakan sistem nilai, tradisi kepercayaan dalam agama dan kepercayaan, yang terkandung dalam ajaran yang diwariskan secara turun temurun yang berfungsi sebagai petunjuk konkrit menusia dalam menjalankan hidupnya
Secara khusus etika diperlukan untuk dua hal berikut mengatasi interpretasi yang berbeda-beda atas ajaran-ajaran moral yang termuat dalam wahyu dan membantu pemecahan masalah-masalah moral yang baru muncul kemudian yang tidak secara langsung disinggung dalam wahyu
Moral juga mempunyai sistem nilai sendiri yang terdiri dari bermacam-macam nilai. Nilai moral sebagai nilai paling tinggi berkaitan dengan beberapa hal yaitu tanggung jawab, berkaitan tuntutan hati nurani, mewajibkan secara mutlak, perlu diterapkan pada nilai-nilai (umum).
Sifat-sifat khas norma moral
Kemutlakan norma moral .
Pandangan dan praktek etis yang berbeda-beda dalam pelbagai kebudayaan dapat menimbulkan relativisme moral. Akan tetapi relativisme ini tidak taham uji karena beberapa konsekuensi berikut:
• Tidak mengakui perbedaan mutu etis antara berbagai kebudayaan
• Tolak ukur penilaian etis bagi perilaku siatu masyarakat hanya berdasarkan kaidah-kaidah moral (budaya, kebiasaan) masyarakat itu.
• Tidak mungkin terjadi kemajuan dalam bidang moral
Objektivitas norma moral
• Ada sifat subjektivitas norma moral
• Nilai dan norma moral tidak ditentukan oelh selera pribadi
• Dapat dilakukan diskusi / dialog mengenai norma-norma moral
• Objektivitas norma moral tidak menghapus kebebasan
Universalitas norma moral
• kalu absolut maka harus universal, berlakuu selalu dan dimana-mana
• mendapat tantangan dari etika situasi
• etika situasi dalam bentuk ekstrim tidak tahan uji
Ego Manusia
Struktur kepribadian manusia menurut sigmund freud
• Id(Es) : ang bawah sadar
• Super ego / ideal ego (Uberic/Idealich) : ambang kesadaran
• Ego (Ich) : ruang dan puncak kesadaran (unsur rasionalitas / menegerti ada pada lapisan ego)
Kesadaran moral : untutan super ego dan terutama keterbuakaan ego terhadap seluruh realitas dengan segala nilai-nilainya.
Kebebasan dan tanggung jawab
Pengertian kebebasasan
Kemampuan menentuan diri sendiri tanpa dihalangi oleh pihak lain
Dua bentuk kebebasan
1.Kebebasan eksistensial : bebas untuk menentukan diri snediri ( sifatnya positif = bebas untuk ...) jenis:
kebebasan jasmani : bebas bergerak secara fisik.
kebebasan rohano : Bebas berfikir dan menghendaki sesuatu.
keduanya saling berhubungan.
Makna kebebasan eksistensial
Mampu mewujudkan apa yang dikehendakinya.
Dapat menentukan tindakannya sendiri dan apa yang mau diperbuatnya.
Dapat memilih antara berbagai kemungkinan yang terbuka baginya.
Mampu menentukan dirinya sendiri (otonom).
Sebagai ungkapan martabat manusia.
2. Kebebasan sosial :Bebas dari hambatan dri pihak lain ( sifatnya negatif = bebas dari ...) Jenisnya :
Kebebasan jasmani : kemungkinan untuk bertindak tidak dibatasi oleh paksaan fisik.
Kebebasan rohani : tidak mengalami tekanan atu ancaman.
Kebebasan normatif : tidak berada dibawah suatu aturan (norma).
Pembatasan kebebasan
Secara jasmani : dengan paksaan fisik, secara rohani : dengan tekanan, secara normatif : dengan aturan.
Pembatasan secara fisik dan psikis : meniadakan kebebasan ekstensial.
Pembatasan secara normatif: tetap menghargai kebebbasan ekstensial manusia (pembatasan wajar).
Alasan pembatasan normatif ini :
• Hak atas kebebasan yang sama
• Kepentingan bersama
Untuk menguatkan norma : perlu ada sanksi (hukum).
Sanksi yang dapat diambil : tindakan fisik (atau materi).
Manipulasi psikis (tekanan, ancaman, hasutan) tidak dibenarkan, karena merusak manusia dari dalam.

Kebebasan eksensial dan tanggung jawab
Kebebasan sosial berarti bahwa masyarakat meyediakan ruang gerak bagi kebebasan ekstensial kita.
Kebebasan ekstensial berarti bahwa kita mengisi ruang itu ( dengan sikap dan tindakan) yang bertanggung jawab.
Kita perlu terutama : tidak merusak hak da kebahagiaan orang lain(negatif) melaksanakan kewajiban serta apa yang diharapkan dari kita (positif).
Makin bertanggung jawab makin bebas
Melaksanakan tanggung jawab atau kewajiban objektif = mmebuat tidak bebas ?
Menolak bertanggung jawab berarti menolak melakukan apa yang sudah dia sadari sebagai yang baik, yang bernilai dan sekaligus yang harus dia lakukan
Mengapa orang menolak tanggung jawab ? karena dia tidak mampu melepaskan diri dari segala hambatan yang membelengunya.
Menolak bertangung jawab tidaklah mmebuat orang lebih bebas. Kebebasan justru semakin menemukan dirinya dalam bertanggung jawab.

Wajibkah menulis?


Wajibkah menulis?
aris kurniawan
Imam alghazali pernah berkata “Jika kamu bukan seorang yang kaya raya (konglomerat), atau seorang ulama besar, maka jadilah seorang penulis”.
Perintah untuk membaca dan menulis dalam agama islam telah dijelaskan sejak wahyu yang pertama kali turun, yaitu surat Al Alaq yang berisi perintah untuk membaca dan surat Al Qalam yang berisi perintah untuk menulis. Hal ini menunjukkkan bahwa agama islam adalah agama yang ilmiah dan sangat mendukung perkembangan sains. Tidak seperti agama Kristen yang isi kitabnya banyak yang bertentangan dengan sains, karena kitab itu sudah mengalami penyusunan ulang.
Apresiasi islam terhadap sains menjadikannya berada dalam puncak peradaban di masa lalu. Tetapi sekarang seakan semangat itu mulai redup. Umat islam menjadi tidak berani menuangkan ide ide kreatifnya dalam bentuk tulisan. Padahal kebanyakan ulama besar seperti Al Ghazali, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, dan ulama yang lain mereka hanya menulis pendapat atau pendangan mereka terhadap suatu hal, dengan didukung oleh ilmu pengetahuan yang mereka miliki.
Sebenarnya tidak perlu menjadi seorang yang tahu banyak hal untuk dapat menulis, karena menurut Jalaludin Rahmat, untuk menulis seseorang hanya membutuhkan tiga hal yaitu ilmu pengetahuan, inspirasi, dan kemauan.
Setiap orang pasti memiliki ilmu pengetahuan, apalagi untuk ukuran mahasiswa. Ilmu pengetahuan itu tidak harus sesuatu yang ilmiah ataupun yang sudah pasti kebenarannya diterima oleh khalayak, tetapi pendapat, tanggapan, kritikan, dan hal yang lain juga merupakan ilmu pengetahuan, dalam makna umum, karena ilmu pengetahuan juga berawal dari sebuah hipotesis, bahkan filsafat, yang menjadi dasar dari segala ilmu pengetahuan, berawal dari sebuah keragu raguan terhadap sesuatu.
Saya rasa tidak ada orang yang tidak mempunyai pengetahuan, karena setiap individu yang berinteraksi dengan individu lainnya pasti terdapat adanya tujuan, entah itu untuk mendapatkan informasi ataupun memberikan informasi. Dan hal itu tentu berkat adanya pengetahuan. Jadi menulis itu sama halnya dengan orang yang berbicara atau berinteraksi, hanya saja dengan media yang berbeda. Kalau interaksi melibatkan seluruh tubuh sedangkan, menulis lebih spesifik lagi, hanya melibatkan tangan dan pikiran.
Untuk menulis diperlukan inspirasi, dan memang inspirasi itu kadang muncul disaat saat tertentu, dan kadang karena sebab tertentu. Tetapi sebenarnya inspirasi itu menurut saya lebih cenderung kepada ide, yaitu satu hal yang khusus dari semua ilmu pengetahuan yang kita miliki. Jadi hanya menrupakan bagian kecil dari semua ilmu pengetahuan itu. Karena tentu kita tidak mungkin menulis semua yang kita ketahui, seseorang hanya perlu focus terhadap beberapa ide dan kemudian tulisan itu menjadi terfokus dan mudah dilakukan.
Dan yang terpenting, untuk menulis perlu adanya kemauan. Orang sepintar apapun tidak akan pernah menghasilkan satu kalimat pun jika tidak punya kemauan untuk menulis. Kemauan ini tidak harus muncul dari diri sendiri, tetapi bisa juga dari orang lain ataupun aturan yang memaksanya untuk menulis.
Tidak perlu keahlian khusus untuk menulis karena sebenarnya setiap orang mempunyai kecerdasan linguistik, hanya saja dengan kadar yang berbeda beda, sesuai dengan latihan yang dilakukan. Ironis memang ketika melihat minimnya apresiasi mahasiswa dalam hal tulis menulis. Padahal paradigma menulis di jaman modern ini bukan lagi seseorang yang memegang pena kemudian menggoreskannya menjadi simbol simbol yang mempunyai makna, tetapi sekarang sudah ada program komputer yang bisa menulis kata kata yang kita keluarkan tanpa tangan kita harus melakukan apapun.
Satu hal yang susah diingat, kapan terakhir kali ku menulis, padahal perintah untuk menulis turun setelah perintah untuk membaca. Tulis dan berbagilah meskipun hanya satu kalimat. Ballighu anni walau aayah.
arisk

Agar jerawat tidak jadi tumbuh


Agar jerawat tidak jadi tumbuh
Aris kurniawan
Bagi anak muda jerawat memang satu hal yang sangat mengganggu, karena sealin tumbuhnya tidak lihat lihat tempat rasanya juga sakit apalagi kalau nempel di hidung. Sebenarnya banyak cara untuk menghilangkan jerawat dan sekarang juga banyak obat obat yang sekarang sudah dijual bebas dan laris seperti gorengan, mulai dari yang berbentuk sabun cuci muka sampai yang bentuknya pil, semuanya ada hanya di toko belum ada yang bentuknya gratis, mungkin IDIA Mart bisa menyediakan.
Tapi kalau memang mau yang gratis tapi manjur ada banyak kok, dan yang dipakai pun sebenarnya barang barang yang sudah biasa kita pakai tapi untuk kebutuhan yang lain, dan untuk masalah ini kita alih fungsikan agar tidak sesuai fungsinya yang asli, semoga saja tidak dholim.
Yang pertama yang bisa dipakai adalah minyak kayu putih, caranya cukup dioles pada jerawat yang mau tumbuh saja tidak perlu diminum. Kandungan unsurnya yang unik akan menghambat pertumbuhan jerawat menjadi bernanah, dan akhirnya sembuh.
Cara yang kedua yang kata teman teman agak aneh adalah dengan pasta gigi atau odol, sama tinggal dioles saja di jerawat itu, dan dijamin jerawat yang lagi sakit sakitnya itu jadi lebih adem dan tidak jadi tumbuh. Cara ini belum terbukti secara teoritis tetapi secara praktis aman dan tidak ada efek samping bagi kesehatan badan ataupun kantong.
Cara yang ketiga ini cukup ilmiah yaitu dengan daun lidah buaya, tapi ingat pakai lendir yang ada dalam daunnya jangan durinya. Tidak perlu dicium cukup dioles saja dan pasti jerawat itu K.O. karena yanglebih besar dari jerawatpun seperti bisul atau ‘wudun’ saja langsung K.O. karena selain mengandung vitamin E yang banyak aloe vera ini juga mengandung senyawa yang lain.
Cara yang keempat ini banyak terdapat di buku buku pengobatan tetapi ruasanya puanas, yaitu memakai bawang putih. Tinggal dihancurkan dan dioleskan dan jerawat itu pun langsung kering dalam waktu minimal setengah hari.
Selamat mencoba dan semoga jerawat tidak menyapa muka kita lagi. Dan ingat selalu cuci muka dan gosok gigi sebelum tidur (pesannya kaya ibu ibu aja).
By: ca2kurniaz
4th Semester of Dakwah Faculty

Eksistensi dakwah islam di perguruan tinggi islam


Eksistensi dakwah islam di perguruan tinggi islam
Oleh: Aris Kurniawan

Dalam ilmu ekonomi dikenal teori tentang kepuasan yang menyatakan bahwa kepuasan total terhadap komoditi tertentu akan menunjukkan grafik yang naik terus menerus secara konsisten, tetapi grafik kepuasan marginal yaitu kepuasan yang terdapat pada diri manusia, akan menunjukkan grafik yang naik hingga titik tertentu kemudian akan turun secara signifikan dari titik tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa seseorang akan mengalami kejenuhan terhadap sesuatu yang dikonsumsinya, entah itu berupa barang jasa atau apapun. Sebagai contoh adalah ketika seseorang makan nasi yang paling disukainya, ketika ia menghabiskan satu piring ia masih merasa enak jika makan satu piring lagi, tetapi ketika piring yang kedua atau yang ketiga dengan isi makanan yang sangat disukainya itu maka ia akan menolak memakannya. Seperti itulah kepuasan marginal.
Beberapa waktu lalu Hasyim Muzadi pernah menyatakan di harian jawa pos, yang intinya adalah bahwa dakwah islam lebih berkembang di lingkungan perguruan tinggi negeri terutama dikalangan mahasiswa jurusan eksak, dan dikalangan perguruan tinggi islam sendiri yang seluruhnya adalah mahasiswa islam dan belajar tentang agama islam justru dakwah islam semakin redup, bahkan seakan tidak kelihatan. Kita bisa melihat hal ini dari seringnya lembaga dakwah kampus dari perguruan tinggi negri lebih giat melakukan dakwah islam dengan mengadakan seminar dan kegiatan kegiatan lain, dan banyak organisasi organisasi islam yang muncul dari sana. Tatapi di lingkungan perguruan tinggi islam sendiri justru yang terjadi adalah penghinaan terhadap agama islam sendiri, bahkan orang orang liberal yang membuat ajaran ajaran baru dalam islam bermunculan dari mahasiswa perguruan tinggi islam.
Agak ironis memang jika melihat kondisi perguruan tinggi islam yang justru kurang tergerak untuk mendakwahkan islam, dan lebih senang untuk mendapatkan ijazah saja daripada menanamkan ajaran islam kepada masyarakat. Seharusnya orang yangmempelajari agama islam setiap hari mampu untuk mengajak masyarakat untuk menjadi taat terhadap agama islam, tetapi seakan materi agama yang diberikan hanya menjadi angin lalu yang tidak meninggalkan bekas apapun. Dan ketika melihat mahasiswa dari jurusan non agama islam malah dengan sungguh sungguh melakukan dakwah islam dan mempelajari syariat islam untuk diajarkan kepada masyarakat, sepertinya ada peran yang tertukar.
Apakah hal ini juga termasuk dalam teori kepuasan diatas, dimana mahasiswa islam sudah merasa jenuh dengan apa yang dipelajarinya, dan merasa enggan untuk berdakwah karena menganggap hal itu sudah biasa dilakukan. Dan mahasiswa jurusan non agamis yang kembali kepada islam karena ia merasa jenuh dengan kegiatan kegiatan yang tidak islami. Hal ini tentu menjadi sebuah ironi dan seharusnya menjadi pelajaran kepada mahasiswa perguruan tinggi islam, yang dianggap sebagai agent of change (especially in islamic religion) tetapi jusru enggan untuk mengenal lebih jauh tentang syariat islam. Mungkin jika mahasiswa islam ditanya satu persatu tentang apakah ia telah mengetahui dasar dasar dari ibadah yang dilakukannya sehari hari, mungkin sebagian besar akan menjawab bahwa ia hanya mengetahui prakteknya saja, bukan teorinya. Dan jika ditanya berapa orang yang kamu ajak sholat berjamaah tepat waktu tiap hari, mungkin sebagian besar akan menjawab bahwa dirinya saja masih sulit untuk sholat berjamaah tepat waktu tiap hari.
Yang menjadi masalah disini bukanlah seberapa pintar seseorang terhadap agamanya, tetapi seberapa jauh ia mempraktekkan agamanya dan mengajak orang lain untuk menjalankan syariat islam sejauh yang diketahuinya. Memang lebih susah untuk mengajak orang lain, karena menggerakkan diri sendiri saja masih sulit. Tetapi sebenarya yang terpenting bukan hasil yang didapat tetapi seberapa jauh usaha yang dilakukan untuk mendapatkan hasil itu. Semakin sulit prosesnya maka hasilnya akan semakin berharga.
Kembali kemasalah awal tentang eksistensi dakwah islam di perguruan tinggi. Sebenarnya yang bisa memperbaiki imej yang negatif itu adalah kita sendiri sebagai mahasiswa perguruan tinggi islam. Karena setiap hari kita bersentuhan dengan syariat islam. Dan apa yang dilakukan oleh mahasiswa perguruan tinggi negeri harusnya menjadi pelajaran yang berharga bagi kita. Dan kita harus membuktikan bahwa teori ekonomi diatas hanya berlaku pada komoditas ekonomi saja dan tidak akan berlaku dalam pengamalan dan dakwah islam. Karena mahasiswa islam sendiri yang akan membuat teori itu berlaku atau tidak.

Partisipasi Madura Terhadap Perpolitikan Indonesia


Partisipasi Madura Terhadap Perpolitikan Indonesia
Oleh : Aris Kurniawan

Pulau Madura memiliki jumlah pondok pesantren yang sangat banyak, bahkan hamper di setiap desa terdapat sekitar dua pondok pesantren baik besar maupun kecil. Hal ini membuat wilayah Madura banyak menghasilkan cendikiawan yang turut memberi warna dalam dunia perpolitikan Indonesia. Terlebih lagi dengan banyaknya pengusaha di pulau Madura yang mengikuti ajang pemilihan pemerintah tingkat daerah, yang akan digelar bebrapa saat lagi yaitu pemilukada, yang akan memilih bupati sumenep.
Pulau Madura sendiri mendapat perhatian yang cukup banyak dari pemerintah pusat, yaitu dengan dibangunnya jembatan suramadu yang menghubungkan pulau Madura dengan pulau jawa. Pembangunan ini akan membuat pulau Madura jauh lebih maju dari sebelumnya, karena akses transportasi akan lebih mudah dilalui, dan juga para investor akan dengan mudah menanamkan modalnya di pulau Madura.
Perkembangan politik tentu tidak bisa lepas dari perkembangan perekonomian, karena keduanya saling mempengaruhi. Kondisi politik yang kondusif akan mendukung perkembangan ekonomi, dan perkembangan ekonomi yang pesat kan membuat dunia perpolitikan menjadi bersih, dan bisa terbebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Perekonomian di wilayah Madura sendiri sedikit banyak tentu terpengaruh oleh keberadaan pondok pesantren itu sendiri, Karena pondok pesantren membuat perputaran uang menjadi lebih cepat dan memperluas lingkup perputarannya. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya santri yang bersal dari luar pulau Madura yang tentu saja akan dikirim uang dari wlayah asalnya.
Potensi ekonomi yang sangat besar berkat adanya pondok pesantren ini tidak lepas dari pehatian pemerintah, yang dapat kita lihat dari banyaknya program pemerintah untuk memajuakan pesantren dari beerbagai segi, seperti pendidikannya sendiri, manajemen lingkungan, ataupun dari segi ekonomi itu sendiri.
Perhatian yang besar dari pemerintah itu akan membuat banyaknya kebijakan yang dibuat oleh pemerintah yang harus diikuti oleh masyarakat Madura pada umumnya. Seperti dalam hal pengembangan agrobisnis di lingkungan pesantren.
Kebijakan pemerintah dalam memajukan pesantren di pulau Madura salah satunya diwujudkan melalui program pengembangan agribisnis, yang diharapkan dengan kegiatan ini menurut Qodri A. Azizy MA, mantan dirjen kelmbagaan islam, pondok pesantren akan memperoleh setidaknya tiga manfaat sekaligus, yaitu:
1. Mendidik dan membekali para santri dengan pengetahuan, ketrampilan, dan jiwa kewirausahaan.
2. Mendidik masyarakat sekitar pondok pesantren tentang cara cara dan teknis yang lebih maju dalam menjalankan usaha agribsnis dan sekaligus memperkenalkan berbagai komoditas baru yang mempunyai nilai ekonomis yanglebih baik.
3. Meningkatkan dan menambah sumebr sumber pendapatan bagi pondok pesantren dan masyarakat.
Kebijakan pengembangan agribisnis di pondok pesantren bukanlah kegiatan yang baru. Karen aprogram ini merupakan peningkatan dan perluasan dari ketrampilan kejuruan pertanian yangtelah dikembangkan oleh departemen agama sejak Pelita II, Surat Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Menteri Agama Nomor : 346/KPTS/HK.05016/1991 dan nomor: 94 tahun 1991 tentang pengembangan agribisnis di pondok pesantren pada dasarnya merupakan penegasan kembali SKB antara menteri pertanian dan menteri agama tahun 1974.
Langkah yang ditempuh oleh pemerintah untuk memajukan dunia pesantren khususnya di wilayah madura, merupakan kelanjutan dari program pengembangan sumebr daya manusia dan sumber daya manusia agar perkembangan wilayah ini menjadi semakin pesat dan membuat kondisi politik yang kondusif dan membuat investor tertarik untuk menanamkan modalnya dalam berbagai sector komoditas di wilayah madura.
Potensi wilayah madura bukan hanya dari segi ekonomi saja, tetapi dari segi pariwisata dan pendidikan juga sangat potensial. Kondisi geografis pantai madura yang berhadapan dengan pulau jawa membuat suasana pantai yang tenang dan tidak berombak sehingga menjadikan pantainya cocok untuk berbagai olahraga, seperti renang, ataupun jet air. Pendidikan di wilayah madura yang didukung oleh banyaknya pesantren telah mempu menghasilkan banyak sumberdaya manusia yang mampu berlaga di sector pemerintahan, baik tingkat daerah ataupun tingkat pusat

Kenapa Harus Sholat,,?


Kenapa Harus Sholat
Oleh : Aris Kurniawan

Alquran merupakan sumber segala ilmu dan tentu saja bagi siapapun yang bisa membaca dan mengamalkan isi kandungannya tentu akan menjadi umat yang maju dalam berbagai bidang olmu pengetahuan dan menjadi umat yang berperadaban tinggi.
Tapi sungguh ironis ketika melihat bangsa Indonesia yang mayoritas penduduknya mengaku islam tetapi masalah di negri ini tak kunjung selesai. Bahkan malah semakin menjadi bangsa yang jauh dari nilai nilai islam.
Kita bisa melihat dari hal hal yang dianggap kecil seperti masalah kebersihan. Karena kebersihan, atau thaharah dalam istilah fiqh, merupakan ajaran yang pertama kali harus diketahui oleh umat islam. Kebersihan merupakan hal yang sangat mendasar yang menjadi awal perkembangan di berbagai bidang yang lain.
Kebersihan tidak mutlak diartikan sebagai kebersihan badan dan lingkungan saja, tetapi lebih dari itu adalah kebersihan hati, pikiran, dan jiwa, yang sesuai dengan teorinya Erbe Sentanu dalam bukunya Quantum Ikhlas, merupakan unsur yang lebih kuat peranan dan pengaruhnya daripada jasmani ataupun materi. Karena semua materi yang ada dikendalikan oleh unsur yang immateri.
Allah berfirman dalam Al-Quran “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. 29:45)”
Allah menyuruh manusia untuk mempelajari segala ciptaan allah, dan untuk selalu mengingat allah dengan melaksanakan sholat, karena sholat bisa mencegah dari perbuatan keji dan mungkar jika sholat itu dilakukan dengan penuh keikhlasan dan keyakinan, bukan hanya sekedar melakukan gerakan gerakan tanpa penghayatan terhadap apa yang dilakukan.
Makna yang terkandung dalam sholat sangatlah besar karena sholat merupakan hubungan langsung manusia dengan Allah yang perintah dan ketentuannya dijelaskan langsung oleh Allah kepada nabi Muhammad. Tetapi tidak jarang manusia malas melakukan sholat, dan hanya menganggapnya sebagai suatu kebiasaan bukan suatu kebutuhan. Disadari atau tidak inilah yang justru lebih sering terjadi disekitar kita padahal harusnya kita menjadi orang yang pertama mengajak orang lain untuk sholat bersama.

BELAJARLAH DARI AL-QURAN


BELAJARLAH DARI AL-QURAN
Aris kurniawan

Keistimewaan al-quran sebagai mukjizat yang diberikan oleh allah kepada nabi Muhammad sekan tidak habis habis dibahas. Selain dari terjaganya kemurnian alquran, banyak kata kata dari al-quran yang mengandung makna yang sangat banyak. Hal inilah mungkin yang membuat al-quran diawali dengan kata iqra, yang secara tidak langsung merupakan perintah untuk mencari ilmu. Karena al-quran merupakan sumber segala ilmu.
Salah satu benda yang hingga kini menjadi kebutuhan pokok manusia adalah besi. Karena hampir setiap hari manusia modern selalu menggunakan alat yang terbuat dari besi. Ada banyak pengetahuan yang dapat diambil dari besi. Menurut Peter Van Krogt ahli elementimologi, besi telah lama digunakan sejak zaman prasejarah, 7 generasi sejak Adam as. Besi adalah salah satu elemen berat, dengan simbol Fe, atau ferrum, yang berarti "elemen suci" dari kata Iren (Anglo-Saxon). Diberi nama ferrum, ketika pemerintahan Romawi, kaisar Roma yang bernama Marcus Aurelius dan Commodus menghubung¬kan dengan mitos Planet Mars.
Memang aneh, tampaknya, dalam pelajaran teologi, nama salah satu elemen kimia dalam tabel periodik, yaitu besi (Fe = ferrum) bisa menjadi salah satu judul surat dalam kitab suci agama. Tetapi itulah al-Qur'an. Sehingga pertanyaan bagi orang awam tentunya, karakter apa yang menarik pada surat ini? Lalu, mengapa besi dijadikan salah satu nama surat dalam al-Qur'an? Bukankah emas, misalnya, lebih berharga?
Surat ini turun di antara masa-masa Perang Uhud, pada awal terbentuknya Negara Islam di Medinah. Oleh karena itu, bisa dipahami jika cukup banyak ayat yang memerintahkan pembaca untuk menafkahkan harta bagi kepentingan umum. Nama surat terambil dari kalimat wa anzalnal-hadida, ayat 25. Ayat seperti ini, menurut pandangan Malik Ben Nabi, laksana "kilauan anak panah" yang menarik perhatian bagi kaum ber¬akal; yang diselipkan di antara pelajaran-pelajaran yang menyangkut ketuhanan.
" Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan/turunkan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia (supaya mereka mempergunakan besi itu), dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Maha Perkasa." (al-Hadid 57: 25).
Karakter pertama yang menarik perhatian adalah banyak penafsir menghindari terjemahan wa ansalnal-hadida dengan "Kami ciptakan besi", padahal secara intrinksik seharusnya. "Kami turunkan besi", sebagaimana terjemahan "Kami turun¬kan bersama mereka al-Kitab dan mizan (keadilan, keseimbangan, keselarasan, kesepadanan)". Mengapa demikian? Karena dalam bayangan mufasir klasik, bagaimana caranya besi diturunkan dari langit? Apakah dijatuhkan begitu saja?
Namun seiring dengan perkembangan waktu, pengetahuan manusia bertambah. Ilmuwan seperti Profesor Armstrong dari NASA atau Mohamed Asadi berpandangan bahwa "memang besi diturunkan dari langit". Sains memberikan informasi kepada kita bahwa besi termasuk logam berat tidak dapat dihasilkan oleh bumi sendiri.
Energi sistem tata surya kita tidak cukup untuk memproduksi elemen besi. Perkiraan paling baik, energi yang dibutuhkan adalah empat kali energi sistem matahari kita, dengan demikian besi hanya dapat dihasilkan oleh suatu bintang yang jauh lebih besar daripada matahari, dengan suhu ratusan juta derajat Celsius. Kemudian meledak dahsyat sebagai nova atau supernova, dan hasilnya menyebar di angkasa sebagai meteorit yang mengandung besi, melayang di angkasa sampai tertarik oleh gravitasi bumi, di awal terbentuknya bumi miliaran tahun yang lalu.
Karakter kedua, ketika menjelaskan besi "memberikan kekuatan yang hebat" barangkali kita membayangkan sen¬jata pemusnah sekelas ICBM, Intercontinental Ballistic Missile (peluru kendali antarbenua) atau senjata pemusnah massal seperti senjata kimia. Tetapi bukan hanya itu. Nikmat yang paling besar yang diberikan Tuhan kepada umat manusia adalah "desain bumi". Bumi dan isinya dilindungi oleh Sabuk Van Allen yang membungkus bumi seolah-olah perisai berbentuk medan elektromagnetik berenergi tinggi. Perisai dengan "ke¬kuatan hebat" ini tidak dimiliki oleh planet-planet lain.
Sabuk radiasi yang membentuk energi tinggi, terdiri dari proton dan elektron, mengelilingi ribuan kilometer di alas bumi, diberi nama Sabuk Van Allen. Sabuk ini melindungi bumi dan isinya dari ledakan dahsyat energi matahari yang terjadi setiap 11 tahun sekali yang disebut solar flares. Ledakan dahsyat ini bila tidak ditahan di angkasa dapat meluluh-lantakkan semua kehidupan di bumi, dengan kekuatan setara 100 juta bom atom Hiroshima. Perlindungan juga didapatkan dari serangan badai kosmis yang membahayakan umat manusia. Bagaimana sabuk perisai ini terbentuk? Sabuk ini terbentuk dari inti bumi yang besar, yaitu terdiri dari besi dan nikel. Keduanya membentuk medan magnet yang besar, yang tidak dimiliki oleh planet lain, kecuali planet Merkurius, dengan radiasi yang lebih lemah.
Dari uraian diatas dapat kita lihat betapa hebatnya Al-Quran yang diturunkan 14 abad silam telah membahas berbagai hal yang baru dapat dibuktikan di masa sekarang. Maka tidak salah sebutan alquran sebagai sumber segala ilmu. Oleh karena itu seharusnya umat islam mempelajari lebih dalam arti dan kandungan alquran, dan bukan hanya membacanya saja tanpa tahu makna dan artinya. Saya rasa sudah banyak ayat yang menyuruh manusia untuk berpikir dan melihat tanda tanda kekuasaan allah.
Harusnya umat islam mempunyai pemikiran yang seperti generasi ketika masa keemasan islam atau the golden age of islam dimana umat islam menjadi pusat peradaban dunia. Hal itu terjadi karena umat islam ketika itu mau belajar dari alquran. Maka siapa yang harusnya bertanggung jawab, bukankah kini banyak yang menyebut drinya orang islam. Satu pertanyaan yang sering muncul dibenak saya, pernahkah orang islam di Indonesia memahami isi kandungan Al-Quran, dan tidak hanya membaca tanpa tahu apa yang dibacanya. (Sumber : Matematika Alam Semesta. Arifin Muftie.2004.)

kontroversi penerapan perda syariat islam


Kontroversi penerapan perda syariat islam
Oleh : Aris Kurniawan (Mahasiswa Fakultas Dakwah BPI semester IV asal Pekalongan Jawa Tengah)

Bangsa indonesia adalah abangsa yang majemuk yang terdiri dari berbagai macametnis dan golongan. Dengan kondisi yang seperti itu bangsa indonesia tentunya memerlukan cara yang khusus untuk mengatur warganya. Dan karena labar belakang sejarah bangsa indonesia yang merupakan bangsa yang sangat besar maka aturan itu haruslah mencakup seluruh aspek masyarakat, dan bukan hanya golongan tertentu saja.
Belakangan ini muncul beberapa daerah yang ingin menerapkan syariat islam di wilayahnya. Hal ini tidak aneh mengingat wilayah itu mempunyai hak otonomi daerah. Dan pemberrlakuan perda itu merupakan kebijakan yang dianggap paling baik oleh jajaran pemerintahan di wilayah tertentu. Dan beberapa memang terbukti bahwa perda syariat ini mempunyai dampak yang positif bagi masyarakat, yaitu angka kriminalitas menurun.
Secara legal-formal pemberlakuan syariah Islam di era otonomi daerah ditetapkan terutama lewat peraturan daerah (perda) yang memiliki kekuatan hukum atau politis. Meski Undang-Undang Nomor 22/1999 tentang otonomi daerah tidak memberi wewenang bidang peradilan dan agama kepada daerah, tetapi dalam praktiknya, perda-perda itu menyentuh persoalan agama dan quasi-peradilan. Karenanya, keberadaan perda-perda syariah itu perlu terus dikaji untuk menguji, apakah peraturan-peraturan daerah tersebut bertentangan dengan undang-undang dan Konstitusi atau tidak. Apalagi dalam penelitian ini ditemukan bahwa perda syariah tidak jarang menimbulkan kontroversi serta memicu perdebatan dalam masyarakat, walaupun kelompok yang mendukung keberadaan perda lebih besar daripada kelompok yang menolaknya.
Memang setelah penerapan perda syariat itu ada banyak tentangan dari beberapa pihak yang meminta aturan itu untuk dievaluasi lebih lanjut dampak dan manfaatnya. Pada bulan juni 2006 ada sekitar 56 anggota DPR mengeluarkan petisi keberatan terhadap sejumlah peraturan daerah bernuansa syariat Islam di beberapa daerah. Sebagian mengajukan evaluasi ulang untuk perda tersebut dan yang lainnya berpendapat bahwa perda itu dinilai melanggar amanat konstitusi dan ideologi negara yaitu Pancasila.
Dari artikel liputan 6 ada beberapa daerah yang sudah menerapkan perda syariat islam. Perda bernuansa syariat Islam salah satunya diberlakukan Pemerintah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Melalui Surat Keputusan Bupati Nomor 451/2712/ASDA.I/2001, lahirlah Gerbang Marhamah (Gerakan Pembangunan Masyarakat Berakhlakul Karimah). Salah satu wujud pemberlakuan SK tersebut, aparatur Gerbang Marhamah dibantu masyarakat merazia pemakaian jilbab.
Selain Cianjur, terhitung ada 22 daerah yang menerapkan perda bernuansa syariat Islam. Di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan misalnya, diberlakukan Perda Minuman Keras serta zakat, infak, dan sedekah. Demikian pula di Kota Madya Tangerang, Banten yang dipayungi Perda Nomor 8 Tahun 2005 tentang Pelacuran.
Menurut T.Yulianto penerapan perda syariat islam ini memunculkan dua pendapat, yang setuju dan yang tidak setuju. Ada kalangan yang setuju, terutama dari kelompok Islam politik (elite politik), menganggap adanya perda tersebut bisa menjadi media sosial untuk memberantas berbagai penyakit masyarakat seperti kemaksiatan, perjudian, yang umumnya dilakukan oleh masyarakat kecil.
Mereka memiliki argumentasi bahwa keberadaan perda syariat Islam adalah untuk memperbaiki moral bangsa. Selain itu juga sebagai jalan menuju negara Islam melalui gerakan arus bawah, karena untuk mengubah UUD 45 dengan Piagam Djakarta membutuhkan perjuangan yang lama.
Sedangkan kalangan yang menolak pemberlakukan perda syariat Islam beranggapan bahwa Perda tersebut bertentangan dengan Pancasila dan substansi perundang-undangan di atasnya. Selain itu juga berpotensi melahirkan perpecahan bangsa, karena wilayah tertentu yang tidak dihuni penduduk mayoritas Islam suatu saat juga akan memberlakukan syariat agama yang mereka anut.
Memang ada sisi positif yang berpengaruh terhadap prilaku masyarakat. Di Kabupaten Bulukumba, penerapan perda bernuansa syariat Islam terbukti mampu menurunkan angka kriminalitas. Kasus pencurian misalnya, dari berjumlah 78 kasus, kini menurun drastis hingga nol. Demikian pula perkosaan yang sebelumnya 41 kasus menjadi nol.
Tetapi apakah itu tujuan yang sebenarnya dari penyelenggaraan pemerintahan. Bukankah pemerintahan bertujuan untuk mensejahterakan penduduknya, dan bukan hanya meminimalisir dampak dari tidak sejahteranya masyarakat. Karena masalah kriminalitas dimasyarakat merupakan hal yang sangat komplek, dan seringkali karena keadaan yang tidak memungkinkan dirinya untuk berbuat baik.
Memang menurut T .Yulianto, yang merupakan Direktur Eksekutif LSPMB, ada realitas sosial di balik pemberlakukan perda syariat Islam diberbagai daerah. Ternyata perda syariat Islam tidak bisa menjawab persoalan substansial bangsa tentang kemiskinan, kerusakan lingkungan, dan korupsi yang merajalela. Mengapa demikian, karena perda tersebut cenderung "menghukum" para pelaku kejahatan kelas teri (orang-orang kecil) seperti perjudian, pencurian, dan perzinahan. Ia tidak punya "taring" menghadapi pelaku korupsi kelas kakap, pembalak hutan, penjahat HAM yang justru memiliki kedekatan politik dengan para tokoh organisasi pendukung perda syariat Islam. Pemberlakuan syariat Islam di Aceh, misalnya, hanya mampu menghukum maling-penjudi-penzinah kelas teri.
Perda syariat Islam juga memiliki dimensi "pembalikan" terhadap nilai moralitas yang hakiki, karena menyerahkan kebenaran moral kepada para pemegang tafsir kebenaran agama yang dimiliki oleh para ulama yang dekat dengan kekuasaan. Dalam realitas politik, tokoh-tokoh Islam pendukung perda syariat Islam seperti Dien Syamsyudin, Syukri Fadholi, misalnya, di masa Orde Baru mereka menjadi bagian dari relasi politik "mutualistik" Soeharto dengan ulama.
Sementara berbagai organisasi radikal keagamaan semacam FPI, FBR, MMI selama ini hanya diam seribu bahasa terhadap perjuangan melawan ketidakadilan dan kezaliman kekuasaan. Baru, setelah rezim Soeharto bangkrut, mereka berani bergerak memperjuangkan prinsip ideologi mereka. Demikian juga MUI yang selama kekuasaan Orba tidak konsisten dalam memperjuangkan kepentingan mayoritas ummah Muslim yang berprofesi sebagai buruh dan petani dalam menghadapi himpitan sistem kapitalisme kroni Orba.
Perda syariat Islam sendiri sesungguhnya bukan merupakan solusi krisis ekonomi dan multidimensional bangsa ini. Kasus korupsi kelas kakap -yang ditengarai juga menjangkiti institusi keagamaan semacam Depag- tidak mungkin bisa diberantas dengan perda syariat Islam, karena banyak pelaku korupsi yang justru memiliki hubungan dekat dengan kekuasaan di pusat dan daerah.
Krisis ekonomi nasional yang diakibatkan oleh implementasi sistem kapitalisme kroni Orba dan berlanjut sistem neoliberalisme pemerintahan transisi semenjak Habibie hingga SBY-JK tidak akan bisa diselesaikan dengan syariat Islam. Itu karena banyak kelompok pendukung syariat Islam yang mendukung hadirnya kekuatan borjuasi ekonomi dengan label borjuasi Muslim atau pribumi.
Perda syariat Islam secara realitas, seperti tampak dan dirasakan masyarakat Aceh, hanya melahirkan ketertekanan politik kepada masyarakat bawah yang seolah-olah diatur dengan moralitas abstrak. Sementara para pejabat dan ulama menjadi pemegang kebenaran moral syariat agama. Perda syariat Islam tidak menjawab realitas korupsi di era otonomi daerah (otda).
Perda syariat Islam boleh jadi bisa menurunkan angka kejahatan dan penyakit masyarakat, namun tidak menurunkan kejahatan politik para elite politik dan birokrasi. Justru dari pengalaman negara-negara yang mempraktikkan syariat Islam secara ortodoks, tingkat ekonomi, kesetaraan hak rakyat, dan prestasi ipteknya sangat rendah.
Afghanistan, Somalia, dan Sudan barangkali bisa menjadi bukti keterpurukan negara yang menjalankan syariat Islam. Bisa dibandingkan dengan China, Vietnam, Bolivia, dan Libia yang menjalankan sistem sosialis dan sosialis-Islam ternyata lebih maju dan berkembang. Demikian juga Malaysia yang menjalankan asas Islam yang moderat pertumbuhan ekonominya jauh lebih maju.
Jika memang logika berpikir kelompok politik Islam ingin mengembangkan pelaksanaan perda Syariat Islam lebih banyak diberbagai daerah, seharusnya mereka mampu merumuskan derivasi perda syariat Islam yang mampu menjawab krisis multidimensional bangsa. Misalnya, dengan tegas berani menghukum mati koruptor kelas kakap, pelaku illegal logging dan penjahat HAM.
Perda yang diperlukan di daerah bukanlah perda yang memunculkan ketakutan-represi bagi masyarakat kecil, namun mampu menekan para elite pemimpin yang perilakunya merusak keadaban publik. Jangan sampai perda syariat Islam justru dijadikan tameng bagi para pejabat "berjenggot" dan "berjubah" untuk berbuat korupsi dan sekaligus menyisihkan hasil korupsi untuk mendanai kegiatan kelompok-kelompok pendukung perda syariat Islam.
Namun apabila seluruh masyarakat setia pada konsensus nasional, sebenarnyalah perda syariat Islam tidak diperlukan di Indonesia. Ideologi kita jelas: Pancasila. Tapi, menurut hemat penulis, perda syariat Islam hanyalah romantisme politik pasca-jatuhnya rezim kekuasaan Orba saja.


PENGETAHUAN DAN KESUCIAN MENURUT SAYYID HUSSEIN NASR


PENGETAHUAN DAN KESUCIAN MENURUT SAYYID HUSSEIN NASR
Oleh : Aris Kurniawan

I. Pendahuluan
Banyak kalangan cendikiawan muslim yang menyoroti masalah kemunduran barat dari segi spiritual meskipun ketika itu dunia barat berkembang dari segi ilmu pengetahuan dan material. Tidak jarang cendikiawan muslim yang menganjurkan untuk mengambil nilai nilai barat sebagai pelengkap bagi kemajuan islam karena semakin lama peradaban islam semakin mengalami kemunduran.
Salah satunya adalah Sayyid Hussein Nasr yang menghubungkan ilmu pengetahuan dengan nilai nilai spiritual agama islam. Salah satu konsep beliau yang terkenal adalah tradisionalisme islam. Yang akan sedikit saya bahas dalam makalah ini. Pengetahuan dalam hubungannya dengan kesucian
Sayyed Hussein Nasr yang mencoba menawarkan konsep nilai-nilai ke-islaman yang terkenal dengan sebutan Tradisionalisme Islam, yang merupakan gerakan respon terhadap kekacauan Barat modern yang sedang mengalami kebobrokan spiritual. Nasr menyarankan agar Timur melihat barat sebagai contoh, dan mengambil hikmah dan pelajaran sehingga Timur tidak mengulangi kesalahan-kesalahan Barat.
II. Pembahasan
Pandangan Sayyid Hussein Nasr mengenai pengetahuan bisa kita lihat dari konsepnya mengenai tradisionalisme islam, yang juga mengandung penjelaasn tentang pandangannya mengenai kesucian. Menurut Sayyed Hussein Nasr, selama ini gerakan-gerakan fundamentalis atau revivalis Islam tak lebih merupakan dikotomi tradisionalisme-modernisme, keberadaannya justru menjadi terlalu radikal dan terlalu mengarah kepada misi politis dari pada nilai-nilai keagamaan. Sekalipun gerakan-gerakan seperti itu, atas nama pembaharuan-pembaharuan tradisional Islam.
Pemahaman masyarakat yang kurang mengenai fundamentalisme islam dan tradisionalisme islam menyebabkan kedua hal ini dianggap sama. Padahal perbedaan keduanya bukan hanya dari kandungannya saja tetapi juga dari kegiatan yang dilakukan. Gerakan Tradisonalisme Islam yang ditawarkan oleh Nasr, merupakan gerakan untuk mengajak kembali ke ‘akar tradisi’; yang merupakan Kebenaran dan Sumber Asal segala sesuatu; dengan mencoba menghubungkan antara sekuler (Barat) dengan dimensi ke-Ilahiahan yang bersumber pada wahyu Agama. Karena pengetahuan di barat lebih berkembang daripada islam ketika itu. Agar nilai kesucian dari agama islam dapat menjiwai pengetahuan itu.
Tradisionalisme Islam adalah gambaran awal sebuah konsepsi pemikiran dalam sebuah bentuk Sophia Perenneis (keabadian). Tradisonalisme Islam boleh dikatakan juga disebut sebagai gerakan intelektual secara unversal untuk mampu merespons arus pemikiran Barat modern yang merupakan efek dari filsafat modern yang cenderung bersifat profanik, dan selanjutnya untuk sekaligus dapat membedakan gerakan Tradisionalisme Islam tersebut dengan gerakan Fundamentalisme Islam, seperti halnya yang dilakukan di Iran, Turki dan kelompok fundamentalis lain.
Usaha Nasr untuk menelorkan ide semacam itu paling tidak merupakan tawaran alternatif sebuah nilai-nilai hidup bagi manusia modern maupun sebuah negara yang telah terjangkit pola pikir modern (yang cenderung bersifat profanik dengan gaya sekuleristiknya) untuk kemudian kembali pada sebuah akar tradisi yang bersifat transedental, atau dengan kata lain beliau berusaha menjadikan ajaran agama islam sebagai pondasi dasar perkembangan ilmu pengetahuan.
Islam Tradisional mempertahankan syariah sebagai hukum Ilahi sebagiamana ia dipahami dan diartikan selama berabad-abad dan sebaimana ia dikristalkan dalam madzab-madzab klasik. Hukum menyangkut kefustifikan, Islam Tradisionalme mempertahankan Islamitas seni Islam, kaitannya dengan dimensi batini, wahyu Islam dan kristalisasi khazanah spiritual Agama dalam bentuk-bentuk yang tampak dan terdengar, dan dalam domain politik, Perspektif tadisional selalu berpegang pada realisme yang didasarkan pada norma-norma Islam.
Manusia tentu saja tidak bisa mengangkat dirinya secara spiritual dengan begitu saja. Karena itu manusia memerlukan petunjuk Tuhan dan harus mengikuti petunjuk itu, agar dia dapat menggunakan seluruh potensi yang dimilikinya dan agar ia mampu mengatasi rintangan dalam menggunakan akalnya. Nasr berkeyakinan bahwa akal dapat mendekatkan manusia kepada Tuhan apabila akal itu sehat dan utuh (salim), dan hanya petunjuk Tuhan yang menjadi bukti yang paling meyakinkan dari pengetahuan-Nya yang dapat menjamin keutuhan dan kesehatan akal, sehingga akal dapat berfungsi dengan baik dan tidak terbutakan oleh nafsu keduniawian. Setiap orang membutuhkan petunjuk Tuhan dan nabi yang membawa petunjuk itu, kecuali ia sendiri terpilih, atau menjadi orang suci yang merupakan pengecualian.
Yang harus kita lakukan sekarang adalah mengusahakan agar bagaimana iman, ilmu, dan teknologi senantiasa selalu berjalan beriringan. Dan mengembalikan posisi kemanusiaan dalam tempat semula yang lebih baik. Seperti yang telah dikatakan Yusuf Qardhawi, manusia barat telah membuka tabir pengetahuan yang cukup banyak. Tetapi mereka tidak mampu menguak misteri dibalik wujudnya. Mereka telah mengetahui pengetahuan fisik, tetapi tidak dapat menundukan nafsunya. Mereka telah mendapatkan nuklir, tetapi gagal mendapatkan ideologi dan spiritnya.
Sangat indah apa yang telah dikatakan filosof India ditunjukan kepada salah seorang pemikir Barat, “Sudah cukup baik, kalian terbang tinggi di udara bagai burung. Kalian telah menyelam ke dasar laut seperti ikan. Namun kalian sama sekali tidak berjalan baik di muka bumi ini seperti layaknya manusia. Mungkin inilah yang bisa kita sebut sebagai krisis identitas. Peradaban barat yang maju dari segi materi, ternyata telah gagal memahami manusia sebagai makhluk yang multi dimensia. Manusia bukan hanya sebatas makhluk yang mengandalkan kemampuan indera dan akal, tetapi lebih dari itu ia adalah makhluk Tuhan yang mengemban amanat dari Tuhannya untuk menjadi pemimpin dan pengelola segala potensi yang ada di dunia ini, untuk kemudian dipertanggungjawabkan dihadapan Tuhan.
Manusia modern harus kembali diingatkan dan diarahkan kepada kesucian, Tuhan yang merupakan asal dan sekaligus pusat dari segala sesuatu dan kepadanyalah manusia kembali. Tentulah sudah merupakan suatu konsekuensi apabila manusia harus mengabdi pada Tuhan. Pemisahan manusia dari kesempurnaan aslinya dan seluruh nilai-nilai ambivalen yang dimilikinya tentu hanya akan menggiring manusia pada apa yang dikatakan Kristen “kejatuhan”, tidak ada fungsi kekuatan-kekuatan ini yang semestinya dan secara otomatis menurut sifat teomorfis manusia. Manusia berada dalam belenggu kebebasan yang semu. Kepada merekalah tradisi agama seharusnya disampaikan dan manusia-manusia batiniah inilah yang hendak dibebaskan treadisi dari belenggu ego dan keadaan yang mencekik. karena sebuah aspeknya dilupakan dan dianggap sama sekali eksternal, yaitu kesucian. Hanya tradisi islam yang dapat membebaskan mereka, bukan agama-agama palsu yang pada saat ini sedang bermunculan.
Sebagian orang Barat sebenarnya telah menyadari bahwa ada penyakit dalam peradaban mereka yang padahal sudah sangat modern. Mereka melihat bahwa peradabannya telah menghanguskan fitrah manusia, menghadang ketentraman jiwa, dan meruntuhkan nilai-nilai kemanusiaan. Diantara mereka adalah Bernard Shaw lewat dramanya, Spengler, lewat bukunya Runtuhnya barat, Toynbee, lewat buku-buku sejarahnya, Alexis Carell dengan bukunya yang terkenal Al- Insaan dzaalikal Majhuul (Unknown Man/ Misteri Manusia), dan yang lain. Hanya saja mereka merupakan pribadi yang sebelumnya telah banyak diracuni penyakit, dan setelah itu mereka tidak tahu untuk mengobatinya. Obat itu ada pada peradaban kita yang Illahiyah., Insaniyah, dan Universal. Suatu peradaban haq, bajik, seimbang serta adil yaitu peradaban islam.
III. Kesimpulan
Pemikiran sayyid nasr mengenai integrasi antara pengetahuan dan kesucian yang beliau wujudkan dalam konsep mengenai tradisionalisme islam mengandung semangat pembaharuan (tajdid) yang merupakan cita-cita Nasr untuk mengembalikan Islam pada kedudukannya semula yang sekarang ini sudah banyak terkontaminasi modernisasi barat yang sekuler, dan meninggalkan nilai-nilai Ilahiah dan insaniah. Nasr kemudian mengindentikan tajdid dengan renaisans yang menurut pengertian yang sebenarnya. Suatu renaisanas dalam Islam berkaitan dengan tajdid, atau pembaruan, yang dalam konteks tradisional diidentikan dengan fungsi dari tokoh pembaruan (mujaddid) tersebut. seorang mujaddid berbeda dengan seorang tokoh reformasi karena ia bersedia mengorbankan sebuah aspek tradisi agama, demi faktor ketergantungan tertentu yang paling ditonjolkan mereka sebagai mereka sebagai hal yang sangat mempesona, karena dikatakan kondisi zaman yang tak dapat dihindari atau ditolak.
Pembaruan yang dilakukan Nasr adalah mengembalikan manusia pada asalnya sebagaimana telah dilakukan manusia dalam perjanjian dengan Tuhannya, dari kealpaan tentang dirinya, sehingga membuat dirinya jatuh kedalam belenggu rasionalitasnya yang meniadakan Tuhan. Manusia menurut Nasr, pada awalnya adalah makhluk suci, namun karena penolakannya kepada Tuhan melalui tradisi Ilmiah telah membuat dirinya tak mengenal siapakah sesungguhnya dirinya dihadapan Tuhannya. Nasr berpendapat bahwa pembaruan tidak bisa hanya dilakukan dari sisi materi saja, tetapi juga yang paling dasar adalah melakukan perubahan dari dalam dirinya sendiri, untuk kemudian ia melakuan pembaruan terhadap realitas yang ada disekitarnya.
III. Daftar Pustaka
1. Afif , Muhammad. 2004. Dari Teologi Ke Ideologi. Bandung: Mizan
2. Munir.A, dan Sudarsono. 1994. Aliran Modern dalam Islam. Bandung: Pustaka Setia
3. Sasono, Adi. 2003. Solusi Islam Atas Problematika Umat. Jakarta: GIP
4. Yusuf Qardhawi, Keprihatinan Muslim Modern, 1995. Jakarta: GIP
5. Lubis, Solly. 2004. Umat Islam Dalam Globalisasi. Jakarta: GIP

Friday, July 16, 2010

Makalah Bimbingan dan Konseling Psikoanalisa

Makalah Bimbingan dan Konseling
Psikoanalisa
Dosen : Bp. Taufiqurrahman M.Ag
















Oleh : Aris Kurniawan
Smt/Fak/Jur : IV/Dakwah/BPI
Asal : Pekalongan, Jawa Tengah
Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan
Sumenep Madura
Tahun Akademik 2010-2011
I. Pendahuluan
Banyak yang mengatakan bahwa psiko analisa merupakan satu hal yang unik sekaligus paradoksial, dan juga psiko analisa merupakan sistem yang paling dikenal luas meskipun tidak dipahami secara universal. Dan disisi lain psiko analisa ini juga banyak pengaruhnya dalam bidang lain diluar psikologi melalui pemikiran penemunya, Sigmund Freud.
Memang konsep psikoanalisa ini berkembang bukan dari psikologi tetapi dari ilmu kedokteran tentang penyakit jiwa, meskipun begitu konsep ini banyak dipakai tidak hanya dalam bidang psikologi tetapi juga di bidang yang lain seperti sosiologi dan disiplin yang lainnya
Di masa awal perkembangannya, psiko analisa merupakan sebuah konsep yang revolusioner, karena pada masa itu dunia ilmu pengetahuan sedang ramai memperbincangkan tentang teori darwin. Dan teori ini telah membuat manusia mempunyai jiwa dianggap tidak lebih dari salah satu anggota dari seluruh dunia hewan. Padahal manusia merupakan makhluk yang komplek yang bisa dipelajari fisik dan jiwanya.
Ketika itu perkembangan ilmu alam sedang sangat pesat dan penemuan teori teori baru sedang mengalami kemajuan sehingga karena setiap bidang disiplin ilmu mempunyai pengaruh terhadap bidang ilmu lainnya, maka sigmund freud pun mengembangkan teorinya yang revolusioner di masanya.
II. Pembahasan
Psikoanalisis jelas terkait dengan tradisi jerman yang menyatakan bahwa pikiran adalah entitas yang aktif, dinamis dan bergerak dengan sendirinya. Freud dididik dalam bidang sains, namun sistemnya tidak banyak menggunakan emipirisisme sistematik. Karena ketika itu perkembangan ilmu sains sedang berlangsung dengan pesat, dan freud pun merupakan seorang ahli dalam laboratorium kedokteran, dan tentunya beliau juga paham betul terhadap pendapat yang mengatakan bahwa manusia itu sebenarnya suatu sistem energi.
Psikoanalisa dengan keunikannya menjadi ilmu yang masih berpengaruh besar dalam psikiatri dan psikologi klinis, meskipun akhirnya, gerakan ini terpecah karena tidak adanya kesepakatan metodologis. Dan dalam perkembangannya Psikoanalisis mengembangakan konsep aktivitas mental lebih luas dari pada sistem psikologi manapun. Sebagai representasi utama dari kebergantungan ekstrim pada aktivitas mental untuk menjelaskan kepribadian, psikoanalisis terpisah dari berbagai gerakan lain dalam psikologi kontemporer.
Selain itu, psikoanalisis tidak lahir dari penelitian akademis, sebagaimana sistem-sistem lain, namun merupakan produk konsekuensi terapan praktik klinis. Penyusunan obeservasi yang dilakukan freud bertujuan untuk menyusun berbagai pendekatan-pendekatan terapi yang sangat dibutuhkan. Formulasi-formulasi inilah yang diperluas ke teori psikodinamika perkembangan kepribadian yang bergantung pada pengurangan ketegangan.
Psikoanalisis merupakan psikologi ketidaksadaran. Perhatiannya teruju kearah bidang motivasi, emosi, konflik, simpton-simpton neurotik, mimpi-mimpi, dan sifat-sifat karakter. Psikoanalisis dahulu lahir bukan dari psikologi melainkan dari kedokteran, yakni kedokteran bidang sakit jiwa. Hall dan Lindsay mengatakan, bahwa dalan psikologi dan psikoanalisis bersikap bermusuhan. Para ahli psikologi bermusuhan terhadap ide-ide Freud sebelum perang dunia II (1938-1945). Namun sesudah perang dunia II, sikap permusuhan tersebut hilang, dan interpenetrasi keduanya berkembang semakin pesat.
Psikoanalisis menjadi salah satu segi pandangan yang dominan dalam psikologi akademik. Hal ini dikemukakan oleh Show, Rapport, Hall, dan Lindsey. Psikonalisis mulai memperhatikan masalah-masalah tingkah laku normal dan mencapai puncaknya pada psikologi ego. Dan psikologi juga memperhatikan pada psikoanlisis dan psikologi kepribadian. Misalnya Lewwin dan Murray mengadakan penelitian empiris yang berhubungan dengan psikoanalisis. Tokoh-tokoh eksperimentalis seperti Hall, Miller, Mowrer, Sears, lama kelamaan juga berkenaan dengan konsep kepribadian Freud. Bahkan karya peaget dianggap jembatan psikologi ke psikoanalisis. David rapport menyusun modal psikoanalisis yang mendekati psikologi tradisional, dan ia dianggap yang paling banyak membawa prestasi psikoanalisis dalam psikologi. Klien dan Errikson mengakui pengaruh tersebut.
Adanya pelatihan-pelatihan psikologi dalam bidang psikoanalisis makin mendekatkan hubungan kedua ilmu tersebut. Diantaranya adalh psikologi George Klein, yang dipandang telah mengawinkan antara psikologi tradisional dan psikoanalisis. Nilai-nilai percobaan laboratorium mulai dikenal oleh psikoanalisis termasuk metode kuantitatif. Penghargaan terhadap penemuan-penemuan proses-proses kognitif dan pengembangan teori psikoanalisis memberikan suatu orientasi dan wawasan tentang sang pribadi yang telah terdapat dalam latar belakang pendidikan psikologi umum. Selanjutnya, psikoanalisis tidak dianggap asing oleh psikologi akademik.
Teori psikoanalisa dari Freud dapat berfungsi sebagaia tiga macam teori, yaitu sebagai teori kepribadian, sebagai teknik analisa kepribadian, sebagai metode terapi (penyembuhan)
Sebagai teori kepribadian, psikoanalisa mengatakan bahwa jiwa terdiri dari tiga sistem yaitu: id (es), super ego (uber ich) dan ego (ich). Id terletak dalam ketidaksadaran. Ia merupakan tempat dari dorongan-dorongan primitif, yaitu dorongan-dorongan yang belum dibentuk atau dipengaruhi oleh kebudayaan, yaitu dorongn untuk hidup dan mempertahankan kehidupan (life instinch). Bentukan dari dorongan hidup adalah doronga seksual atau disebut juga libido dan bentuk dari dorongan mati adalah dorongan agresi, yaitu dorongan yang menyebabkan orang ingin menyerang orang lain, berkelahi atau berperang atau marah. Prinsip yang dianut oleh id adalah prinsip kesenangan (pleasure prinsiple), yaitu bahwa tujuan dari id adalah memuaskan semua dororngan primitif ini.
Selanjutnya Freud mengatakan bahwa untuk menyalurkan dorongan-dorongan primitif yang tidak bisa dibenarkan oleh superego, ego empunyai cara-cara tertentu yang disebut sebagai mekanisme pertahanan. Mekanisme pertahanan ini di gunanya untuk melindungi ego dari ancaman dorongan primitif yang mendesak terus karena tidak di izinkan muncul oleh superego.
Dalam teori psikoanalisa sebagai teori kepribadian freud mengatakan bahwa pada setiap orang terhadap seksualitas kanak-kanak (invantile sexuality), yaitu dorongan seksual yang sedah terdapat sejak bayi. Dorongan ini iakan berkembang terus menjadi dorngan seksual pada orang dewsa melalui beberapa tingkat perkembangan,
Psikoanalisa disamping sebagai teori kepribadian, dapat pula berfungsi sebagai teknik analisa kepribadian. Untuk dapat menerangkan suatu gejala psikoneurose misalnya, agar dapat diusahakan penyembuhan terhadap penderita yang bersangkutan maka perlu di analisa terlebih dahulu kepribadian penderita yang bersangkutan. Dalam analisa ini umumnya dipergunakan 2 cara pendekatan, yaitu pertama-pertama melihat dinamika dari dorongan-dorongan primitif (khususnya libido).
Teknik-teknik yang dipergunakan dalam menganalisa kepribadian selanjutnya dipergunakan juga sekaligus sebagai teknik psikoterapi karena pada prinsipnya psikoanalisa mengakui bahwa kalau faktor penyebab yang tersembunyi didalam ketidaksadaran sudah bisa diketahui dan dibawah ke kesadaran maka penderita dengan sendirinya akan sembuh. Sebagai seorang murid Charcot, Freud masih berpedirian sama dengan Charcot, yaitu bahwa penyakit biasanya (psikoneurose) umumnya dapat disembuhkan setelah faktor penyebab dalam faktor ketidaksadaran dapat diketahui.
Teknik untuk menganalisa kepribadian pada Charcot adalah dengan teknik hipnose, yaitu menurunkan ambamg kesadaran sehingga sampai pada tingkat ketidaksadaran dan selanjtnya dokter mengeksplorasi ketidaksadaran selama pasien dalam keadaan dihipnose ini. Menurut freud, teknik hipnose hasilnya tidak bisa bertahan lama, karena bila penderita sudah sadar kembali dari hipnose, maka kesadarnnya akan menutupi kembali ketidaksadarannya dan dorongan yang berasal dari ketidaksadaran itu akan tetap berada dalam ketidaksadaran dan akan terus mengganggu dalm bentuk neurose. Karena itu freud lebih menyukai teknik psikoanalisa, yaitu penderita secara sadar sepenuhnya diajak mengeksplorasi ketidaksadarannya. Salah satu tekniknya adalah analisa mimpi (traumdeutung). Penderita disuruh menceritakan mimpi-mimpinya dan mimpi-mimpi itu kemudian dicoba dianalisa. Freud percaya bahwa dorongan-dorongan primitif, maupun hal-hal yang derepresi, yang tidak dapat muncul dalam kesadaran dapat memunculkan dirinya dalam bentuk simbol-simbol dalam mimpi. Karena itu dengan menganalisa mimpi freud mengharapkan bisa mengetahui dinamika kepribadian penderita yang bersangkutan.
Teknik yang lain adalah membiarkan penderita berbicara sendiri sebebas-babasnya dengan menggunakan asosiasi bebas. Dalam teknik ini penderita yang disuruh berbaring, serileks mungkin diminta untuk mengasosisikan kata-kata yang diucapkannya sndiri atau kata-kata yang dilontrkan oleh dokter yang memeriksa dengan kata-kata yang pertama kali muncul di ingatannya. Dengan teknik ini, Freud mengharapkan dapat menjaga isi ketidaksadaran dari penderita yang bersangkutan.
III. Kesimpulan
Psikoanalisis berkembang dari ilmu kedokteran dan konsepnya dipakai tdak hanya dalam bidang psikologi tetapi juga bidang lain diluar psikologi. Teori psikoanalisa dari Freud dapat berfungsi sebagaia tiga macam teori, yaitu sebagai teori kepribadian, sebagai teknik analisa kepribadian, sebagai metode terapi (penyembuhan). Metode ini mempunyai beberapa kelebihan yaitu:
- Posisi Freud yang kukuh sebagai seorang deterministik sekaligus menunjukkan hukum-hukum perilaku, artinya perilaku manusia dapat diramalkan
- Freud juga mengkaji produk-produk budaya dari kacamata psikoanalisa, seperti puisi, drama, lukisan, dan lain-lain. Oleh karenanya ia memberi sumbangan juga pada analisis karya seni
- bahwa penyakit biasanya (psikoneurose) umumnya dapat disembuhkan setelah faktor penyebab dalam faktor ketidaksadaran dapat diketahui.
- Sebagai orang pertama yang menyentuk konsep-konsep psikologi seperti peran ketidaksadaran (unconsciousness), anxiety, motivasi, pendekatan teori perkembangan untuk menjelaskan struktur kepribadian.


Kekurangan metode psikoanalisis sigmund freud:
- Metode studinya yang dianggap kurang reliabel, sulit diuji secara sistematis dan sangat subyektif
- Konstruk-konstruk teorinya juga sulit diuji secara ilmiah sehingga diragukan keilmiahannya. Beberapa konsepnya bahkan dianggap fiksi, seperti Oedipus complex
- Bagi aliran behaviorist, yang dilakukan Freud adalah mempelajari intervening variable
- Teori psiko analisa ini dianggap kurang ilmiah
Daftar Pustaka
Partowisastro, Koestoer.1987. Bimbingan & Penyuluhan di Sekolah Jilid II. Jakarta : Erlangga
Brennan, James F. 2006. Sejarah dan Sistem Psikologi. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada
Lundin, (1991). Theories and Systems of Psychology. 4 rd Ed. Toronto: D.C. Heath and Company.

PERSPEKTIF UMAT ISLAM DALAM MENERIMA INFORMASI BARU


Sering kita mendengar ungkapan ‘Lihatlah apa yang dikatakan dan jangan lihat siapa yang mengatakan’. Dan kata kata ini seringkali diungkapkan oleh orang kita anggap lebih pintar dari kita. Tetapi benarkah hal ini dibolehkan dalam agama islam, karena tidak jarang seseorang yang kita anggap lebih baik agamanya justru melakukan sesuatu yang berlawanan dengan alquran atau hadis. Bukan karena tidak tahu atau sengaja, tetapi mungkin karena apa yang mereka maksudkan sebenarnya sangat berbeda dengan apa yang ditangkap oleh pendengar, karena perbedaan persepsi atau sudut pandang, juga ilmu pengetahuan yang dimiliki.
Tapi jika menerima sesuatu tanpa melihat pemberinya tetap dilakukan, maka generasi berikutnya pasti akan terjerumus dalam kesesatan karena melakukan taqlid terhadap orang lain. Karena memang nilai benar dan salah itu sangat sulit untuk diterapkan dalam berbagai sudut pandang, karena kita tidak boleh memandang dari satu sisi maka nilai benar dan salah pun menjadi terbagi sesuai sisi sisi itu. Tetapi apakah islam tidak mempunyai standar baku tentang nilai benar dan salah itu.
Jika kita menilik alquran dan hadis maka jelas bahwa keduanya merupakan sumber kebenaran hanya saja tanggapan, persepsi, atau pemehaman orang terhadap keduanya akan menghasilkan hal yang berbeda-beda. Pemahaman mahasiswa terhadap kata “iqra” tentu berbeda dengan pemahaman dosen terahdap kata tersebut. Tetapi meskipun begitu tetap ada benang merah yang menjadi persepsi yang paling benar dari persepsi yang lain.
Mengenai pernyataan “Lihatlah apa yang dikatakan dan jangan lihat siapa yang mengatakan” jika diterapkan dalam masalah selain agama mungkin tidak apa apa, tetapi jika diterapkan dalam kehidupan beragama maka ungkapan ini harus dilihat dari sisi yang berbeda yaitu persepsi syariat islam atau dipersempit jangkauannya.
Pernah diceritakan bahwa perawi hadis Al-Bukhari pernah tidak menshahihkan sebuah hadis hanya karena perawi hadis itu memperlakukan hewan piaraannya dengan tidak baik. Dan dalam agama islam seorang saksi haruslah orang yang sudah mumayyiz. Dalam muqaddimah Shahih Bukhari dijelaskan bahwa Seorang Tabi’in yang bernama Muhammad bin Sirin (wafat tahun 110 H) rahimahullah berkata, “Mereka (yakni para ulama hadits) tadinya tidak menanyakan tentang sanad tetapi tatkala terjadi fitnah, mereka berkata, ‘Sebutkan kepada kami nama rawi-rawimu, bila dilihat yang menyampaikannya Ahlus Sunnah, maka haditsnya diterima, tetapi bila yang menyampaikannya ahlul bid’ah, maka haditsnya ditolak.”
Hal ini terbukti dalam periwayatan hadis bahwa hadis yang paling kuat adalah hadis yang mutawatir, yang salah satu syaratnya adalah rawi-rawinya (periwayat hadis) tsiqat dan mengerti terhadap apa yang dikabarkan dan (menyampaikannya) dengan kalimat pasti. Dan kualitas sebuah hadis bisa berkurang karena perawinya kurang dhabit atau kurang kuat hafalannya. Selain itu Abdullah bin al-Mubarak (wafat th. 181 H) rahimahullah pernah berkata: “ Sanad itu termasuk dari agama, kalau seandainya tidak ada sanad, maka orang akan berkata sekehendaknya apa yang ia inginkan"
Melihat beberapa hal diatas maka ungkapan untuk hanya melihat apa yang dikatakan kiranya perlu dibatasi dalam koridor tertentu, karena dari satu hal terdapat banyak sisi untuk dilihat, dan tentu saja umat islam tidak bisa hidup tanpa umat yang lain, entah itu Kristen, hindu, yahudi, budha, atau yang tidak beragama sekalipun. Karena tidak jarang ilmu mengenai dunia didapatkan oleh orang non islam, sebagaiman teknologi yang sekarang berkembang pesat saat ini dipegang oleh orang non islam dan orang islam rata rata hanya menjadi konsumen saja.
Sadar atau tidak ketika itu umat islam sedang mengambil sesuatu tanpa melihat dari mana sesuatu berasal. Bahkan dalam hal agama pun tidak ketinggalan karena memang mudah terpengaruh itu merupakan sifat manusia ketika menginginkan sesuatu. Bahkan perkembangan barat pun diawali karena pengaruh islam yang sedang berkembang. Dan pertanyaannya apakah umat islam sekarang baru bisa berkembang jika mengambil pengaruh dari kelompok yang berkembang.
Semoga saja umat islam belum kehilangan kreatifitasnya hanya karena mengutamakan kehidupan akhirat dan mengesampingkan kehidupan dunia, semoga saja umat islam tidak sibuk berdzikir untuk keselamatan pribadinya di akhirat hingga melupakan kewajibannya sebagai khalifah dibumi, semoga saja umat islam tidak hanya sibuk mengurusi masalah sepele seperti ikhtilaf ulama fiqih, karena fiqih hanya merupakan pendapat dan pemahaman seseorang terhadap nash, dan melupakan masalah yang besar yaitu kesatuan umat islam. Dan semoga saja umat islam tidak sibuk berkumpul tetapi hanya menjadi seperti buih di lautan yang tidak mempunyai kekuatan. Wallahu a’lam. (Arisk)

Mengapa seseorang bisa marah

Terkadang ketika seseorang berada pada situasi tertentu yang membuat dirinya merasa tidak nyaman maka ia akan menjadi marah, entah itu kepada dirinya sendiri ataupun kepada orang lain. Ada banyak sebab yang bisa menjadikan seseorang marah, dan kadang penyebab itu hanyalah hal yang sepele. Mungkin sering muncul pertanyaan dalam benak kita, kenapa seseorang bisa marah, dan apa efek marah bagi manusia sehingga agama islam menyuruh umatnya untuk mengendalikan amarah.
Menurut David J. Lieberman penyulut semua konflik, entah itu konflik personal ataupun interpersonal, berasal dari hilangnya kemandirian. Seseorang menginginkan dirinya mempunyai kekuasaan terhadap apa yang akan dilakukannya dan ketika ada orang lain yang menghalanginya untuk mendapatkan kebebasan memilih apa yang akan dilakukannya maka akan muncul konflik. Ketika seseorang membuat suatu keputusan maka ia akan melandasi pikirannya dengan salah satu atau kombinasi dari tiga hal yaitu, apa yang membuat diri kita merasa nyaman, apa yang membuat kita terlihat baik, dan apa yang memang baik atau benar.
Entah disadari atau tidak kita sering melakukan hal yang hanya kita anggap hal itu nyaman bagi diri kita, seperti ketika kita makan sesuatu yang disukai tetapi kekenyangan maka kita akan merasa tidak nyaman dengan diri kita sendiri, atau mungkin ketika sedang mempunyai banyak tugas tetapi ketiduran, maka kita akan merasa menyesal ataupun marah dengan diri kita sendiri. Hal ini karena ketika kita melakukan hal yang hanya membuat diri kita merasa nyaman maka sebenarnya kita tidak mandiri karena dikendalikan oleh ego atau nafsu. Ketika kita melakukan sesuatu yang terlihat baik maka seringkali akan timbul konflik, misalnya ketika kita berbuat sesuatu karena motifasi yang tidak baik atau hanya ingin mengesankan orang lain padahal mungkin hal itu sebenarnya tidak kita sukai maka ketika itu pula kita tidak memilih sesuatu dengan bebas yakni masih dikendalikan oleh nafsu kita.
Beberapa hal diatas hanya sekedar contoh ketika diri kita tidak mempunyai kemandirian yang diakibatkan oleh ego atau nafsu kita sendiri, bisa kita bayangkan ketika yangmembuat kita tidak mandiri itu adalah orang lain maka tentu saja kita akn merasa lebih kesal. Untuk membuat diri kita merasa baik, kita harus berbuat baik, begitu kata lieberman. Ketika kita membuat pilihan yang benar dan tidak didasari dari apa yang membuat kita nyaman atau hanya sekedar terlihat baik maka kita telah mempunyai kemandirian dan penguasaan terhadap diri kita, atau dengankata lain kita telah menghargai diri kita sendiri.
Sebenarnya sifat seseorang itu mempunyai kecenderungan untuk menghargai dirinya lebih daripada orang lain, ketika seseorang bisa berbuat benar, maka ia akan memenuhi keinginan batinnya, yang kemudian akan menimbulkan rasa hormat kepada dirinya, yang akhirnya akan menimbulkan rasa penghargaan terhadap dirinya sendiri. Ketika seseorang bisa menghargai dirinya sendiri maka ia akan bisa menghargai orang lain dan ketika itu pula ia akan mampu mengendalikan amarah. Sebagaimana pernyataan Lieberman “semakin tinggi penghargaan diri seseorang, semakin jarang dia marah dalamsetiap situasi yang dihadapinya”.

Konseling Klinikal


Konseling Klinikal
Oleh : Aris Kurniawan (Mahasiswa IDIA Asal Pekalongan Jawa Tengah)

I. Pendahuluan
Hubungan antar manusia merupakan hubungan yang unik, Karena bentuk hubungannya tidak hanya berupa kontak fisik atau simbolisasi saja tetapi ada factor lain yaitu perasaan dan jiwa. Ketika manusia berhubungan satu dengan yang lainnya maka akan timbul perasaan yang berbeda dalam diri manusia itu, karena memang sifat dasar manusia itu adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan interaksi dengan manusia lainnya.
Adakalanya dalam hubungan itu manusia mengalami masalah yang mengakibatkan hal hal negative bagi diri pribadinya dan hubungannya dengan orang lain. Dan terkadang manusia tidak mampu memecahakn masalahnya sendiri, karena memang sangat sulit untuk memecahkan suatu masalah, ketika seseorang yang ingin memecahkan masalah itu menjadi bagian dari masalah tersebut.
Oleh karena itu setiap individu mempunyai peran masing masing didalam masyarakat, sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Seseorang yang berperan sebagai konselor dapat membantu yang lain untuk memecahkan suatu masalah dengan menggunakan metode yang sistematis. Karena pada dasarnya konseling merupakan proses pemberian bantuan dari konselor kepada konseli agar menghasilkan perubahan pikiran, tindakan, ataupun perasaan.
Metode khusus diperlukan didalam konseling agar proses konseling dapat berhasil. Dalam konseling terdapat berbagai metode sistematis, dimana setiap tindakanyang dilakukan diarahkan untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan konselor. Karena setiap individu mempunyai karakteristik kepribadian yang berbeda beda maka untuk menghadapinya diperlukan metode yang khusus, yang berasal dari penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli. Dan salah satunya adalah metode konseling klinikal.
II. Pembahasan
Ada beberapa definisi yang diajukan para pakar dalam mendefinisikan konseling. Menurut Dewa Ketut Sukardi, mengambil kesimpulan dari berbagai definisi konseling, konseling merupakan suatu upaya bantuan yang dilakukan dengan empat mata atau tatap muka antara konselor dan klien yang berisi usaha yang laras, unik, human (manusiawi), yang dilakukan dalam suasana keahlian yang didasarkan atas norma norma yang berlaku, agar klien memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri dalam memperbaiki tingkah lakunya pada saat ini dan mungkin pada masa yang akan datang.
Definisi diatas tentu akan berkembang lagi, seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi. Sehingga konseling tidak hanya dilakukan dengan empat mata atau tatap muka, tetapi bisa dengan teleconference, atau dengan audio video. Dari definisi diatas dapat kita lihat bahwa tujuan konseling adalah untuk membantu klien memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri dalam memperbaiki tingkah lakunya, atau dengan kata lain untuk membuat klien dapat melakukan hubungan sosial dengan baik.
Konseling klinikal atau yang biasa disebut dengan trait & factor dirintis oleh Donald G. Paterson (1920), tetapi tokoh yang terkenal adalah Edmund Griffith Williamson dengan konseling direktifnya. Yang tujuan utamanya adalah membantu klien mengganti tingkah laku emosional dan impulsive dengan tingkah laku yang rasional, dan melepas tegangan tegangan (tension) dan memperoleh insight. Menurut Williamson konseling bermaksud untuk membantu perkembangan kesempurnaan berbagai aspek kehidupan, dan bertugas untuk membantu individu dalam memperoleh kemajuan memahami dam mengelola diri dengan cara membantunya menilai kekuatan dan kelemahan diri dalam kegiatan dengan perubahan kemajuan tujuan tujuan hidup dan karir.
Oleh karena itu pada awal perkembangannya konsep konseling klinikal merupakan konsep konseling jabatan, yang menitik beratkan pada kesesuaian pendidikan dengan jabatan. Sehingga konseling klinikal / trait & factor berpegang pada pandangan bahwa kepribadian seseorang dapat dilukiskan dengan mengidentifikasikan sejumlah ciri dari hasil tes psikologis yang mengukur masing masing dimensi kepribadian, dan menggunakan tes psikologis itu untuk menganalisis atau mendiagnosis seseorang mengenai ciri ciri dimensi atau aspek kepribadian tertentu, yang diketahui mempunyai relevansi terhadap keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam jabatan dan mengikuti suatu program studi. Sehingga corak konseling klinikal ini menekankan pada pemahaman diri melalui tes psikologis dan menerapkan pemahaman itu dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi.
Ada beberapa asumsi pokok yang mendasari hubungan konseling klinikal, mengenai pola hubungan antara konselor dengan klien dan keterlibatan dan peranan mereka, diantaranya:
- Bertujuan untuk mengoptinalkan perkembangan individu tanpa mengesampingkan kehidupan sosial individu dengan segala hambatandan kekurangannya dalam mencapai tujuan.
- Konseling tidak hanya menghargai keunikan dan kekhasan individu, tetapi juga mengakui adanya ketergantungan individu dengan yang lainnya. Karena individu akan bermakna apabila ada kaitannya dengan individu lainnya
- Konselor menyadari keterbatasan individu untuk menerima konseling secara sukarela, disamping melakukan usaha untuk mendorong klien memperoleh konseling
- Konseling diperlukan oleh klien ketika menghadapi masalah yang tidak dapat diatasi dan dipecahkan sendiri. Sehingga konseling klinikal bersifat remedial dan penanganan terhadap klien yang terlambat perkembangannya.
- Hubungan konseling bersifat netral terhadap norma dan nilai. Sehingga konselor tidak tidak boleh mengambil sikap tertentu terhadap nilai dan norma yang dianut klien. Meskipun hubungan konseling tidak terlepas dari pola pikir konselor yang mempunyai suatu tujuan.
- Tujuan utama dari konseling adalah membantu individu untuk dapat memahami dirinya secara rasional. Sehinggga tujuan konseling adalah untuk membantu memecahkan masalah yang dihadapi individu, dengan melihat secara objektif berbagai kesulitan yang berasal dari lingkungan dan kesulitan yang dihadapi individu itu sendiri.
Dari beberapa asumsi dasar itu dapat dilihat bahwa pada dasarnya hubungan konseling bersifat netral, konseling bukan berarti mempengaruhi pikiran seseorang untuk melakukan sesuatu sekehendak konselor, atau semacam propaganda pencucian otak, tetapi konseling hanyalah mengarahkan konseli untuk menemukan solusi bagi masalah yang dihadapi dengan megnetahui potensi diri yang dimiliki, sehingga keputusan untuk mengambil tindakan tertentu terletak pada konseli itu sendiri, dan konselor hanyalah membantunya menemukan keputusan itu.
Tujuan Konseling Klinikal
Dari asumsi dasar konsleing klinikal maka dapat diuraikan tujuan dari konsleing klinikal yaitu:
- Untuk membantu seseorang menghadapi masalah yang tidak mampu dipecahkannya sendiri, tanpa unsur subjektifitas dari konselor ketika membantu klien untuk menemukan solusi, atau dengan kata lain konselor harus memahami betul masalah yang dihadapi klien dan kepribadiannya agar dapat menentukan teknik atau pendekatan yang tepat
- Pada dasarnya konseling klinikal adalah proses personalisasi dan individualisasi, sehingga tujuannya adalah untuk membantu klien mempelajari, memahami, dan menghayati, dirinya sendiri serta lingkungannya (individualisasi), dan melancarkan terjadinya proses pengembangan diri, pemahaman diri, perwujudan cita cita, dan penemuan identitas diri (personalisasi).
- Agar individu mampu belajar melihat dirinya sendiri sebagaimana adanya dan mampu untuk mengembangkan potensi potensi yang ada pada dirinya secara optimal. Karena banyak orang tidak mempu mengidentifikasikan dirinya sendiri.
Jadi pada dasarnya tujuan konseling klinikal tidak terlepas dari kebaikan klien itu sendiri, tanpa mengesampingkan hubungan klien dengan individu yang lain.
Langkah-langkah Konseling Klinikal
Ada beberapa proses tahapan yang harus ditempuh ketika melaksanakan konseling klinikal, yaitu:
1. Analisis
Merupakan langkah untuk memahami kehidupan individu, dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber yang bertujuan untuk mengetahui bakat, minat, motif motif, kehidupan emosional, dan karakteristik yang dapat menghambat atau mendukung penyesuaian diri
2. Sintesis
Merupakan langkah menghubungkan dan merangkum data, sehingga menunjukkan bakat, kelemahan, atau kekuatan klien, serta kemampuan penyesuaian diri.
3. Diagnosis
Langkah untuk menemukan ketetapan dan pola yang dapat mengarahkan pada permasalahan, sebabnya, serta sifat klien yang relevan dan berpengaruh terhadap proses penyesuaian diri.
4. Prognosis
Merupakan langkah untuk meramalkan akibat yang mungkin timbul dari masalah itu, dan memunculkan alternative yang dapat diambil untuk menghadapi permasalahan.
5. Konseling
Merupakan hubungan untuk membantu klien menemukan sumber diri sendiri maupun sumber dari luar dirinya dalam upaya mencapai perkembangan dan penyesuaian yang optimal sesuai dengan kemampuannya. Dalam hal ini ada lima sifat konseling:
- Belajar terpimpin menuju pengertian diri
- Mendidik atau mengajar kembali untuk mencapai tujuan kepribadiannya dan penyesuaian hidupnya.
- Bantuan pribadi agar klien mengerti dan terampil dalam menerapkan prinsip dan teknik yang diperlukan dalam kehidupan sehari hari
- Konseling yang mencakup hubungan dan teknik yang bersifat menyembuhkan
- Mendidik kembali yang sifatnya sebagai penyaluran
6. Tindak lanjut
Langkah ini merupakan langkah untuk membantu klien melakukan program kegiatan yang dikehendaki atau membantu klien kembali memecahkan masalah masalah baru yang berkaitan dengan masalah semula.
Selain itu ada beberapa teknik dalam konseling klinikal yang dikemukakan oleh Williamson yaitu :
- pembentukan hubungan yang baik antara konselor dan konseli
- membantu klien meningkatkan pemahaman diri, menerima dan memperlakukan klien sebagaimana adanya atau sebagai seorang pribadi
- memberikan saran atau merencanakan program yang akan dilakukan, pemberian nasehat ini bisa dengan cara langsung, tidak langsung atau dengan cara menerangkan kepada klien yang menurut Williamson cara inilah yang terbaik dan memuaskan
- melaksanakan rencana atau keputusan yang telah diambil
- merujuk ke ahli yang lain jika konselor tidak mampu member solusi
Kelebihan Konseling Klinikal
1. Penekanan yang diberikan pada diagnosis mengandung makna sebagai suatu perhatian masalah dan sumber, dan mengarah pada upaya menciptakan teknik teknik untuk mengatasinya
2. Penekanan pada aspek kognitif merupakan upaya menyeimbangkan pandangan lain yangnlebih menekankan aspek afektif atau emosional.


Kekurangan Konseling Klinikal
1. Pandangannya terlalu menekankan kepada pengendalian konselor dan hasil yang dicapai pada diri klien lebih banyak tergantung kepada keunggulan konselor dalam mengarahkan dan membatasi konseli
2. Banyak meminimalkan atau mengabaikan aspek afektif konseli yang seharusnya menjadi perhatian utama konselor
3. Pandangannya dikembangkan dalam situasi pendidikan dan kliennya dibatasi terutama kepada siswa siswa yang memiliki keragaman derajat kemantapan dan tanggungjawab sendiri.
III. Kesimpulan
Konseling klinikal pada awalnya digunakan sebagai psikotes untuk mengetahui kelayakan seseorang untuk mengambil pendidikan atau pekerjaan pada posisi tertentu, tetapi seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, konseling klinikal mengalami perluasan sehingga dapat digunakan untuk mengetasi berbagai masalah yang dihadapi seseorang dengan menggali segenap potensi dalam diri untuk mengoptimalkan potensinya dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
Identifikasi terhadap kemampuan pribadi dapat memunculkan kepercayaan diri sehingga dapat menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, tetapi identifikasi ini sulit dilakukan secara individual melainkan perlu bantuan dari orang lain untuk menghubungkan antara potensi yang dimiliki dan solusi terhadap masalah yang dihadapi. Dan proses ini memerlukan langkah langkah yang sistematis agar tujuan yang dicapai semakin optimal.
Karakteristik individu tidak terlepas dari individu yang lainnya sehingga dalam konseling klinikal harus ada kesembangan antara ego dan sosialitas, antara kepentingan konselor dan konseli, dan juga dalam pelaksanaan metode yang dipakai haruslah seimbang antara yangn satu dengan yang lain agar solusi yang didapat tidak malah menimbulkan permasalahan yang baru.